Kemasan Rokok Standar: Upaya Kurangi Perokok Anak di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong penerapan kemasan rokok standar untuk mengurangi jumlah perokok anak di Indonesia yang mencapai 5,9 juta jiwa berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia gencar mengupayakan pengurangan jumlah perokok anak di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, tercatat sebanyak 5,9 juta anak berusia 10-18 tahun menjadi perokok aktif. Hal ini mendorong Kemenkes untuk mengkaji berbagai strategi, salah satunya melalui penerapan kemasan rokok standar atau standardized packaging.
Ketua Tim Kerja Pengendalian Penyakit Akibat Tembakau Kemenkes, Benget Saragih, mengungkapkan bahwa kemasan rokok yang menarik secara visual dapat menjadi pemicu meningkatnya jumlah perokok anak. "Kami sudah menyampaikan pentingnya kemasan standar karena ada kemasan yang memang sengaja dibuat berwarna untuk menarik perokok anak. Prevalensi perokok anak kita berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 kurang lebih 5,9 juta orang, ini 10-12 tahun lagi kalau dia tetap merokok, bisa berbahaya," jelasnya dalam temu media di Jakarta.
Langkah ini dinilai penting mengingat dampak buruk merokok bagi kesehatan anak dan generasi muda Indonesia. Dampaknya tidak hanya dirasakan secara langsung, tetapi juga akan berdampak jangka panjang hingga 10-15 tahun mendatang, mengganggu produktivitas dan kesehatan mereka di masa depan. Hal ini juga berdampak pada perekonomian keluarga, karena pengeluaran untuk rokok dapat tiga kali lipat lebih tinggi dibanding pengeluaran untuk nutrisi penting seperti protein.
Kemasan Rokok Standar dan Pengaruhnya
Benget Saragih menjelaskan bahwa standardisasi kemasan rokok dapat mengurangi daya tarik produk bagi anak-anak. Dengan desain yang lebih netral dan peringatan kesehatan yang lebih besar, diharapkan dapat menurunkan minat anak untuk mencoba merokok. "Standardisasi kemasan itu bisa mengurangi daya tarik produk, meningkatkan efektivitas kampanye untuk mengurangi perokok, serta membantu menurunkan perokok baru," ujarnya.
Saat ini, peringatan kesehatan bergambar pada kemasan rokok di Indonesia masih sekitar 30-40 persen. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang sebagian besar sudah mencapai hampir 80 persen. Penerapan kemasan standar diharapkan dapat meningkatkan persentase peringatan kesehatan tersebut dan memberikan dampak yang lebih signifikan dalam kampanye anti-rokok.
Lebih lanjut, Benget juga menekankan dampak multidimensi dari konsumsi rokok, termasuk kontribusinya terhadap masalah stunting dan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pengendalian prevalensi merokok perlu dilakukan secara komprehensif, dimulai dari usia anak hingga 21 tahun.
Data Perokok di Indonesia
Berdasarkan data SKI tahun 2023, total perokok di Indonesia mencapai 70,2 juta orang. Dari jumlah tersebut, 63,1 juta merupakan perokok dewasa, sementara sisanya 5,9 juta adalah perokok anak. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai pasar rokok terbesar ketiga di dunia, sebuah fakta yang memprihatinkan mengingat enam dari sepuluh kematian di Indonesia disebabkan oleh perilaku merokok.
Data ini menunjukkan urgensi dari upaya pemerintah dalam menekan angka perokok anak. Penerapan kemasan rokok standar merupakan salah satu strategi yang diyakini dapat berkontribusi dalam mengurangi prevalensi perokok anak dan menciptakan generasi muda yang lebih sehat.
Selain penerapan kemasan standar, berbagai upaya lain juga terus dilakukan untuk mengendalikan prevalensi perokok anak. Kemenkes berkomitmen untuk terus berupaya menekan angka perokok anak di Indonesia demi mewujudkan generasi muda yang sehat dan produktif.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan, diharapkan angka perokok anak di Indonesia dapat ditekan dan menciptakan generasi yang lebih sehat dan produktif di masa depan. Pentingnya peran serta semua pihak, termasuk keluarga, masyarakat, dan pemerintah, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan bebas rokok.