Kemenhut Dorong Kolaborasi Pemetaan untuk Percepat Rehabilitasi Hutan dan Cegah Perubahan Iklim
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mendorong kolaborasi dalam pemetaan dan pengawasan kawasan hutan terdegradasi untuk mempercepat rehabilitasi lahan guna mengatasi perubahan iklim.
Jakarta, 24 April 2024 - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) gencar mendorong kolaborasi untuk mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai bagian penting dari penanganan perubahan iklim yang semakin mengancam. Kolaborasi tersebut difokuskan pada pemetaan dan pengawasan kawasan hutan terdegradasi secara akurat dan transparan.
Kepala Subdit Reboisasi Direktorat Rehabilitasi Hutan Kemenhut, Junediyono, mengungkapkan bahwa pengawasan dan pemetaan kawasan hutan tidak bisa dilakukan secara mandiri oleh Kemenhut. "Kami yakin era transparansi ini sangat mutlak untuk mendapatkan kata akuntabilitas, dan akuntabilitas ini harus bisa ditegakkan juga dengan cara kolaborasi," jelasnya dalam sebuah diskusi daring.
Pengawasan yang dilakukan Direktorat Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kemenhut meliputi berbagai kegiatan, termasuk di Daerah Aliran Sungai (DAS). Kemenhut menyadari pentingnya keterlibatan berbagai pihak untuk memastikan keberhasilan program rehabilitasi hutan dan lahan.
Pentingnya Kolaborasi dan Standarisasi Data
Dalam diskusi yang memperkenalkan sistem pemantauan bentang lahan, Evolving Participatory Information System for Nature-based Climate Solutions (EPISTEM), Junediyono menekankan pentingnya perluasan kolaborasi. Kolaborasi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai standar pengukuran dan analisis data tutupan lahan.
Hal ini penting agar data yang dihasilkan akurat, konsisten, dan dapat diakses oleh semua pihak. "Sehingga kolaborasi itu penting untuk menyatakan bahwa tutupan lahan itu sudah benar analisisnya, sudah benar metodenya. Dalamnya sudah ada kesepakatan," tegas Junediyono.
Dengan adanya standarisasi data, diharapkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses rehabilitasi hutan dapat ditingkatkan. Hal ini juga akan mempermudah pemantauan dan evaluasi kinerja program rehabilitasi.
EPISTEM: Solusi untuk Permasalahan Data
Peneliti Senior dari International Institute for Applied Systems Analysis (IIASA), Ping Yowargana, menjelaskan bahwa EPISTEM diharapkan dapat mengatasi permasalahan data yang dibutuhkan untuk implementasi solusi berbasis alam dalam menghadapi perubahan iklim.
IIASA telah melakukan pertemuan dengan berbagai pihak terkait restorasi lahan, termasuk pemerintah. Kerja sama ini bertujuan untuk memastikan data yang dihasilkan akurat dan dapat diandalkan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam program rehabilitasi hutan.
Sistem EPISTEM diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif dan real-time mengenai kondisi hutan dan lahan di Indonesia. Informasi ini akan sangat bermanfaat bagi pemerintah dan berbagai pihak terkait dalam upaya rehabilitasi hutan dan lahan.
Langkah Maju Menuju Rehabilitasi Hutan Berkelanjutan
Kolaborasi yang intensif antara Kemenhut, lembaga riset, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci keberhasilan dalam mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan di Indonesia. Dengan adanya data yang akurat dan terstandarisasi, upaya rehabilitasi dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Penerapan teknologi seperti EPISTEM juga diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan hutan. Hal ini akan berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia.
Ke depan, perlu adanya komitmen bersama dari semua pihak untuk mendukung program rehabilitasi hutan dan lahan. Dengan demikian, Indonesia dapat mencapai target rehabilitasi hutan dan lahan serta berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.