Kemenkes Dorong Pilihan Pangan Bergizi Cegah Masalah Gizi Antar Generasi
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menekankan pentingnya memilih makanan bergizi untuk mencegah masalah gizi lintas generasi, termasuk stunting, kekurangan gizi, dan obesitas, serta mendorong pola makan sehat di tengah tantangan akses pangan yang melimpah.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) baru-baru ini menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam memilih makanan bergizi. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga dan mencegah masalah gizi yang terjadi antar generasi. Permasalahan gizi yang dimaksud meliputi kekurangan gizi, defisiensi mikronutrien, kelebihan berat badan, dan obesitas.
Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi, menjelaskan perubahan tantangan kesehatan masyarakat Indonesia. "Dulu mungkin masalahnya adalah tidak bisa makan, sekarang pilihan makanannya terlalu banyak," ujar Maria dalam sebuah pernyataan di Jakarta.
Pentingnya memilih makanan bergizi seimbang sesuai siklus hidup juga ditekankan. Kualitas gizi pada satu generasi akan memengaruhi generasi selanjutnya. Misalnya, gizi yang baik selama kehamilan akan berdampak pada kesehatan anak. Oleh karena itu, penanganan masalah gizi sejak dini sangat krusial.
Beberapa data masalah gizi di Indonesia cukup memprihatinkan. Data menunjukkan prevalensi stunting masih berada di angka 21,5 persen. Selain itu, angka gizi kurang pada balita mencapai 8,5 persen, anemia pada remaja 16,3 persen, kelebihan berat badan pada remaja 12,1 persen, dan obesitas pada orang dewasa mencapai 23,4 persen.
Dalam rangka Hari Gizi Nasional ke-65, Kemenkes mengkampanyekan tema "Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat". Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Data konsumsi masyarakat menunjukkan beberapa permasalahan. Konsumsi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang mengandung protein hewani pada balita hanya mencapai 21,6 persen. Konsumsi minuman manis pada remaja cukup tinggi, yaitu 52 persen. Sementara itu, konsumsi buah dan sayur pada usia di atas 5 tahun juga belum memenuhi angka yang disarankan, hanya 21,96 persen.
Lebih lanjut, Maria menjelaskan bahwa pengeluaran terbesar setiap kelompok ekonomi, dari yang terendah hingga tertinggi, adalah untuk makanan dan minuman olahan. Hal ini menjadi perhatian tersendiri, mengingat pentingnya gizi seimbang.
Makanan bergizi seimbang, menurut Maria, adalah makanan yang beragam, kaya akan sayur dan buah, tinggi protein, serta membatasi makanan manis, asin, dan berlemak. Kebiasaan baik lainnya yang perlu diterapkan adalah sarapan setiap hari, minum cukup air putih, membaca label gizi, mencuci tangan, dan melakukan aktivitas fisik secara cukup untuk mencegah kelebihan berat badan dan obesitas.
Pemerintah melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah berupaya membantu pemenuhan asupan gizi. Namun, upaya tersebut perlu diimbangi dengan komitmen individu dalam memilih makanan bergizi di rumah agar kebutuhan nutrisi terpenuhi setiap hari.