Penelitian Ecoton: Mikroplastik Mencemari Tiga Pulau di Kepulauan Seribu
Penelitian Ecoton Foundation mengungkap pencemaran mikroplastik di tiga pulau Kepulauan Seribu, ditemukan di air, kulit warga, dan daun, mengancam lingkungan dan kesehatan.
Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ecoton Foundation mengungkap fakta mengejutkan tentang pencemaran mikroplastik di Kepulauan Seribu, Jakarta. Studi ini menemukan adanya mikroplastik pada sampel yang diambil dari tiga pulau, yaitu Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian dari tur media bertajuk 'Dari Air ke Rantai Makanan: Mengungkap Ancaman Mikroplastik di Sekitar Kita' yang diprakarsai oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pencemaran mikroplastik yang signifikan di ketiga pulau tersebut. Partikel mikroplastik ditemukan tidak hanya di air permukaan, tetapi juga pada sampel swab kulit warga dan daun. Tingkat pencemaran bervariasi di setiap pulau dan jenis sampel. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius tentang dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia di Kepulauan Seribu.
Temuan ini menjadi sorotan penting karena Kepulauan Seribu merupakan kawasan wisata bahari yang rawan terhadap pencemaran. Adanya mikroplastik dalam rantai makanan laut dapat berdampak buruk pada ekosistem dan kesehatan masyarakat yang mengonsumsi hasil laut dari kawasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk mengatasi masalah pencemaran mikroplastik ini.
Tingkat Pencemaran Mikroplastik di Tiga Pulau
Di Pulau Untung Jawa, penelitian menemukan 72 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan. Pada sampel swab kulit dua petugas tempat pembuangan sampah (TPS), ditemukan 68 dan 30 partikel. Sampel swab kulit warga setempat menunjukkan 21 partikel, sementara sampel daun menunjukkan 13 partikel. Jenis partikel yang ditemukan meliputi fiber, film, dan fragmen. "Yang kami lihat didominasi oleh partikel jenis fiber. Kenapa partikel fiber banyak teridentifikasi di kulit karena fiber berasal dari serpihan kain. Bisa jadi karena kain yang dipakai itu ada campuran plastiknya, seperti polyester. Polyester ada nilon ya. Bisa jadi kaos panjangnya itu menempel serpihan-serpihan fiber ke wajah petugas TPS saat dia mengusap keringat," jelas Manajer Divisi Edukasi Ecoton Foundation, M Alaika Rahmatullah.
Sementara itu, di Pulau Onrust, ditemukan 35 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan, 19 partikel pada swab kulit, dan 7 partikel pada sampel daun. Di Pulau Cipir, angka pencemaran sedikit lebih tinggi, dengan 44 partikel per 10 liter air permukaan, 25 partikel pada swab kulit, dan 17 partikel pada sampel daun.
Partikel film berasal dari plastik tipis seperti kantong plastik kresek atau plastik sekali pakai, sedangkan fragmen berasal dari plastik saset. Tingginya jumlah partikel fiber menunjukkan kemungkinan besar sumber pencemaran berasal dari serat sintetis pakaian yang mengandung plastik.
Apa itu Mikroplastik dan Dampaknya?
Kepala Laboratorium Ecoton Foundation, Rafika Aprilianti, menjelaskan bahwa mikroplastik adalah remahan, patahan, atau pecahan plastik yang berukuran kurang dari 5 milimeter. "Plastik tidak akan terurai dan hilang di lingkungan, hanya dapat terpecah atau terdegradasi menjadi bentuk baru, yaitu mikroplastik," ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pencemaran plastik akan terus berlanjut dan berdampak jangka panjang pada lingkungan.
Keberadaan mikroplastik di lingkungan menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan ekosistem. Mikroplastik dapat terakumulasi dalam rantai makanan, dan akhirnya dikonsumsi oleh manusia melalui konsumsi ikan dan hasil laut lainnya. Dampak jangka panjang dari konsumsi mikroplastik masih terus diteliti, namun potensi risiko terhadap kesehatan tidak dapat diabaikan.
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), yang terdiri dari sembilan organisasi lingkungan, mengkampanyekan implementasi konsep zero waste sebagai solusi untuk mengurangi pencemaran plastik. AZWI mendorong penerapan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, mempertimbangkan siklus hidup material, dan menerapkan prinsip ekonomi sirkuler untuk mengurangi produksi sampah plastik dan mikroplastik.
Temuan ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah plastik. Upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, mendaur ulang sampah plastik, dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya pencemaran mikroplastik sangat penting untuk melindungi lingkungan dan kesehatan kita.