Penggunaan Gawai Tak Bijak Pengaruhi Kekerasan Perempuan dan Anak, Kata Menteri PPPA
Menteri PPPA mengungkapkan penggunaan gawai dan media sosial yang tidak bijak menjadi faktor penyebab meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia, selain faktor pola asuh keluarga dan lingkungan.
Jakarta, 28 April 2024 - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengungkapkan keprihatinannya terkait meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia. Beliau menghubungkan fenomena ini dengan penggunaan gawai dan media sosial yang tidak bijak, perubahan pola asuh keluarga, serta faktor lingkungan masyarakat. Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Ruang Bersama Indonesia (RBI) di Jakarta.
Menurut Menteri PPPA, penggunaan gawai yang tidak bijaksana menjadi salah satu faktor utama penyebab kekerasan. "Penyebab kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah penggunaan gadget yang tidak bijaksana," ujar Menteri Arifah Fauzi. Beliau menambahkan bahwa banyak terduga pelaku kekerasan mengaku mempelajari tindakan mereka dari media sosial dan handphone. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh media digital terhadap perilaku kekerasan.
Selain itu, perubahan pola asuh keluarga juga turut berperan dalam peningkatan kasus kekerasan. Menteri Arifah Fauzi menjelaskan bahwa tantangan zaman modern, terutama keberadaan gawai dan media sosial, telah mengubah pola asuh keluarga secara signifikan. Perbedaan pola asuh antara generasi saat ini dengan generasi sebelumnya dinilai berpotensi meningkatkan risiko kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dampak Negatif Gawai dan Media Sosial
Penggunaan gawai dan media sosial yang tidak terkontrol dapat memicu berbagai dampak negatif, terutama pada anak-anak dan remaja. Paparan konten negatif, seperti konten kekerasan atau pornografi, dapat mendistorsi persepsi mereka tentang hubungan interpersonal dan norma sosial. Hal ini dapat memicu perilaku agresif dan kekerasan, baik sebagai pelaku maupun korban.
Lebih lanjut, akses mudah terhadap informasi yang tidak terfilter di dunia maya dapat mempengaruhi cara anak-anak dan remaja berinteraksi satu sama lain. Mereka mungkin meniru perilaku yang dilihatnya di media sosial, tanpa memahami konsekuensi dari tindakan tersebut. Oleh karena itu, pengawasan orang tua dan edukasi digital sangat penting untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan gawai yang tidak bijak.
Minimnya pengawasan orang tua terhadap penggunaan gawai oleh anak-anak juga menjadi faktor yang memperparah masalah. Anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar gawai tanpa pengawasan rentan terhadap pengaruh negatif dari konten-konten yang tidak pantas. Interaksi sosial yang terbatas akibat terlalu sering berinteraksi di dunia maya juga dapat berdampak pada perkembangan sosial-emosional anak.
Peran Lingkungan dan Pola Asuh Keluarga
Selain faktor teknologi, Menteri PPPA juga menekankan pentingnya memperhatikan faktor lingkungan dan pola asuh keluarga. Lingkungan sosial yang permisif terhadap kekerasan dapat menciptakan iklim yang mendukung terjadinya kekerasan. Sementara itu, pola asuh yang kurang tepat, seperti pola asuh yang otoriter atau permisif, dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dalam keluarga.
Penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang aman dan mendukung bagi anak-anak. Komunikasi yang terbuka dan hangat antara orang tua dan anak sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan mencegah terjadinya kekerasan. Orang tua juga perlu memberikan contoh perilaku yang baik dan mengajarkan nilai-nilai moral yang positif kepada anak-anak.
Pemerintah melalui Kementerian PPPA terus berupaya untuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengembangkan Ruang Bersama Indonesia (RBI) di berbagai daerah. Saat ini, terdapat enam desa/kampung yang telah diresmikan sebagai RBI, yaitu Kampung Jimpitan (Tangerang), Desa Mendalo Darat (Jambi), Desa Ayula Selatan (Gorontalo), Kelurahan Oesapa Barat (NTT), Desa Pulau Sewangi (Kalimantan Selatan), dan Desa Cempluk (Jawa Timur).
Upaya Pencegahan Kekerasan
Program RBI bertujuan untuk menciptakan ruang aman dan nyaman bagi perempuan dan anak, serta memberikan akses terhadap layanan perlindungan dan pemberdayaan. Melalui program ini, diharapkan dapat mengurangi angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia. Selain itu, upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat juga terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya mencegah kekerasan.
Kesimpulannya, pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak membutuhkan pendekatan multisektoral yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintah. Penggunaan gawai dan media sosial yang bijak, pola asuh yang tepat, serta lingkungan sosial yang mendukung merupakan kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi perempuan dan anak dari kekerasan.