PLTU Nagan Raya Manfaatkan Sekam Padi: Sukses Turunkan Emisi dan Ciptakan Lapangan Kerja
PLTU Nagan Raya di Aceh sukses menurunkan emisi dan membuka lapangan kerja baru dengan memanfaatkan 500 ton sekam padi per bulan sebagai bahan bakar campuran.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya di Aceh Barat telah berhasil memanfaatkan sekitar 500 ton sekam padi setiap bulannya sebagai bahan bakar campuran atau cofiring batu bara sejak tahun 2023. Inovasi ini tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar, khususnya para pengumpul sekam padi.
Program cofiring biomassa di PLTU Nagan Raya dimulai pada Desember 2021, dengan penggunaan cangkang sawit. Penggunaan sekam padi dan limbah kayu (sawdust) menyusul pada tahun berikutnya, kemudian woodchips di tahun 2024, dan uji coba penggunaan cangkang kopi pada tahun 2025. PT Kurma Karya Global, salah satu mitra PLN, berperan penting dalam memasok biomassa ini, termasuk sekam padi, kulit ari kopi, cangkang sawit, dan serpihan kayu.
Inisiatif ini mengubah persepsi masyarakat terhadap sekam padi yang sebelumnya dianggap sebagai limbah. Kini, sekam padi memiliki nilai ekonomi dan membuka lapangan kerja baru, memberikan penghasilan tambahan bagi banyak warga, termasuk ibu rumah tangga, janda korban konflik, dan anggota pasukan inong balee (perempuan) GAM. Mereka dibayar Rp3.000 per karung (30 kg) sekam padi yang dikumpulkan.
Pemanfaatan Sekam Padi dan Dampaknya
PT Kurma Karya Global mempekerjakan sekitar 50 orang untuk mengumpulkan dan mengangkut sekam padi ke PLTU Nagan Raya. Namun, jumlah pekerja sebenarnya lebih banyak karena banyak warga yang datang sendiri untuk mengumpulkan sekam padi tanpa terdata di perusahaan. Rini Andriati, seorang pengumpul sekam padi dari Desa Ranto Panjang Timur, misalnya, mampu mengumpulkan 70-100 karung sekam padi per hari, menghasilkan pendapatan Rp100.000 hingga Rp200.000.
Pendapatan ini sangat membantu perekonomian keluarga Rini, terutama untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Kisah Rini mencerminkan dampak positif program cofiring biomassa bagi masyarakat sekitar. Program ini tidak hanya memberikan penghasilan tambahan, tetapi juga memberikan kesempatan kerja bagi mereka yang sebelumnya kesulitan mencari pekerjaan tetap.
Bahan baku biomassa yang dibutuhkan PLTU Nagan Raya dipasok dari berbagai daerah di Aceh, mulai dari Pidie, Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, hingga Bener Meriah dan Aceh Tengah untuk cangkang kopi. Ketersediaan bahan baku yang melimpah ini menjamin keberlanjutan program cofiring biomassa di PLTU Nagan Raya.
Dampak Positif Cofiring Biomassa
Asisten Manajer Operasi PLTU Nagan Raya, Azie Anhar, menjelaskan bahwa program cofiring biomassa telah menghasilkan sekitar 31.000 MWh energi hijau. Program ini juga berperan penting dalam menurunkan emisi gas rumah kaca dan mendukung program net zero emission pemerintah.
Cofiring biomassa berhasil mensubstitusi sekitar 3-10 persen penggunaan batu bara tanpa memerlukan modifikasi besar pada peralatan PLTU. Kebutuhan biomassa PLTU Nagan Raya bervariasi, mencapai 100-200 metrik ton per hari, dengan total volume tahunan yang fluktuatif, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ketersediaan dan harga bahan baku.
Potensi biomassa di Aceh sangat besar dan beragam, meliputi limbah pertanian dan industri. Keberhasilan PLTU Nagan Raya dalam memanfaatkan sekam padi menjadi contoh nyata bagaimana pemanfaatan limbah pertanian dapat berkontribusi pada pengurangan emisi, peningkatan bauran energi terbarukan, dan peningkatan ekonomi masyarakat.
Program ini menunjukkan bahwa solusi ramah lingkungan dapat menciptakan dampak positif yang berkelanjutan, baik bagi lingkungan maupun perekonomian masyarakat. Dengan keberhasilan ini, diharapkan program serupa dapat diimplementasikan di daerah lain di Indonesia.