WIKA: Pembangunan Bendungan Jenelata Capai 9,8 Persen, Libatkan UMKM dan Masyarakat Lokal
WIKA umumkan progres pembangunan Bendungan Jenelata mencapai 9,8 persen, berdayakan masyarakat lokal dan UMKM, serta terapkan prinsip ESG.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengumumkan bahwa progres pembangunan fisik Bendungan Jenelata di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, telah mencapai 9,8 persen hingga April 2025. Proyek strategis ini tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar melalui penyerapan tenaga kerja lokal dan pemberdayaan UMKM. Bendungan Jenelata diharapkan menjadi solusi pengendalian banjir dan meningkatkan ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menjelaskan bahwa proyek ini melibatkan lebih dari 50 persen tenaga kerja dari masyarakat lokal. Hal ini membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia di sekitar lokasi pembangunan. Selain itu, proyek ini juga meningkatkan keterlibatan UMKM dalam mendukung rantai pasok logistik, konsumsi, hingga transportasi pendukung konstruksi.
"WIKA tidak sekadar hadir sebagai kontraktor, tetapi juga sebagai pionir dalam penerapan ESG di sektor konstruksi. Melalui proyek Bendungan Jenelata, kami meyakini bahwa infrastruktur yang dibangun dengan kesadaran lingkungan, peningkatan ekonomi dan kemanfaatan sosial akan menjadi investasi jangka panjang bagi bangsa Indonesia," ujar Agung Budi Waskito.
Pengendalian Banjir dan Peningkatan Ketahanan Pangan
Bendungan Jenelata dirancang dengan kapasitas tampung mencapai 223,6 juta meter kubik. Fungsi utamanya adalah mengendalikan banjir tahunan dari Sungai Jenelata yang kerap meluap di wilayah Gowa dan Makassar. Dengan adanya bendungan ini, debit banjir dapat ditekan dari 1.037 m³/detik menjadi 686 m³/detik, memberikan pengendalian jangka panjang hingga 50 tahun.
Agung menjelaskan bahwa proyek ini juga mengusung inovasi metode kerja melalui teknologi Building Information Modeling (BIM) untuk memperkuat efisiensi desain dan koordinasi lintas-disiplin konstruksi. Sejalan dengan visi Perseroan untuk terus meningkatkan implementasi prinsip Environmental, Social, Governance (ESG), konstruksi Bendungan Jenelata juga menggunakan panel surya dan kendaraan listrik untuk mengurangi emisi dan mendukung proses bisnis berkelanjutan.
Kehadiran bendungan ini juga akan meningkatkan ketahanan pangan Indonesia. Bendungan Jenelata akan menjadi salah satu sumber irigasi untuk lebih dari 25.000 hektar lahan pertanian di wilayah Bili-Bili, Bissua, dan Kampili. Didukung dengan pola tanam Padi–Padi–Palawija, indeks pertanaman di wilayah tersebut diproyeksikan akan dapat meningkat hingga 300 persen.
Manfaat Ekonomi dan Energi
Bendungan Jenelata tidak hanya memberikan manfaat dalam pengendalian banjir dan irigasi, tetapi juga dalam penyediaan air baku dan energi. Total air baku sebesar 6,05 m³/detik akan dialirkan untuk memenuhi kebutuhan air di Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros, dan Takalar, termasuk pasokan air untuk industri seperti pabrik gula di Takalar.
Dari sisi energi, Bendungan Jenelata memiliki potensi pembangkit listrik tenaga air mencapai 7 megawatt (MW). Kawasan sekitar bendungan juga dirancang untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata air dan kuliner yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memperkuat sektor pariwisata berbasis komunitas.
Pembangunan Bendungan Jenelata menjadi representasi dari kolaborasi pemerintah, investor, BUMN, mitra kerja, dan masyarakat lokal dalam mewujudkan infrastruktur berkelanjutan yang menyatu dengan kebutuhan wilayah serta menjawab tantangan zaman. Proyek ini diharapkan menjadi titik tolak menuju Sulawesi Selatan yang tangguh dan mandiri.
Adapun rincian manfaat Bendungan Jenelata antara lain:
Dengan demikian, Bendungan Jenelata diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.