Cegah Dengue Usai Banjir: Kemenkes Bagikan Kiat Jitu
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan panduan lengkap pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) pascabanjir, meliputi kebersihan lingkungan hingga pemanfaatan teknologi Wolbachia.
Banjir yang baru-baru ini melanda beberapa wilayah di Indonesia meningkatkan risiko penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan sigap memberikan panduan pencegahan penularan DBD pascabanjir. Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina Isturini, menekankan pentingnya langkah-langkah tepat untuk menghindari genangan air sebagai sarang nyamuk Aedes aegypti, penyebab utama DBD.
"Pastikan kita menjaga kebersihan ya, cuci tangan dan kaki dengan sabun dan air bersih setelah terkena air banjir. Terpenting adalah hindari genangan air," ujar Ina Agustina Isturini dalam wawancara dengan ANTARA pada Rabu, 12 Maret 2024. Kemenkes memberikan arahan komprehensif, mulai dari langkah individual hingga strategi nasional untuk menekan angka penularan DBD.
Langkah-langkah pencegahan ini sangat penting mengingat genangan air pascabanjir menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, upaya pencegahan harus dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk melindungi masyarakat dari ancaman penyakit DBD.
Langkah Pencegahan DBD Pascabanjir
Untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk penyebab DBD, Kemenkes menyarankan beberapa langkah penting. Pertama, pastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah, terutama di tempat penampungan air. Jika ada genangan, segera bersihkan dan tutup wadah untuk mencegah nyamuk bertelur. Masyarakat juga dapat memanfaatkan tanaman pengusir nyamuk seperti lavender dan ikan cupang untuk membantu mengendalikan populasi jentik.
Selain itu, pastikan saluran air dan talang berfungsi dengan baik. Gotong royong rutin bersama warga sekitar sangat dianjurkan untuk membersihkan lingkungan dan mencegah genangan air. Di dalam rumah, pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk. Jika menggunakan obat nyamuk, pilihlah produk yang terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Untuk melindungi diri saat beraktivitas di luar rumah, gunakan pakaian lengan panjang dan kaus kaki. Konsumsi makanan bergizi dan vitamin juga penting untuk meningkatkan imunitas tubuh. Kemenkes juga menyarankan masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Strategi Nasional Penanggulangan DBD
Sebagai upaya pencegahan yang lebih luas, Kemenkes telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/261/2025 tentang Kewaspadaan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue dan Cikungunya Tahun 2025. SE ini mendorong promosi kesehatan dan pelaksanaan PSN 3M plus (menguras, menutup, mendaur ulang) secara serentak dan berkelanjutan melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J).
Kemenkes juga gencar melakukan edukasi masyarakat melalui berbagai media, meliputi pencegahan, pengenalan tanda bahaya DBD, dan penanganan mandiri di rumah. Dinas Kesehatan dan lintas program terkait disiagakan untuk merespons cepat laporan kasus DBD. Buffer logistik seperti rapid diagnostic test, larvasida, dan insektisida juga disiapkan untuk didistribusikan sesuai kebutuhan.
Kemenkes juga memanfaatkan teknologi nyamuk Aedes aegypti Wolbachia. Pilot project di Yogyakarta menunjukkan hasil yang sangat efektif, mampu menurunkan kejadian DBD hingga 77 persen dan mengurangi lama rawat inap sebesar 86 persen. Saat ini, implementasi teknologi Wolbachia sedang dilakukan di lima kota: Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.
Dengan berbagai upaya ini, Kemenkes berharap dapat menekan angka penularan DBD dan melindungi masyarakat dari ancaman penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan sangat penting untuk keberhasilan program ini.
"Kegiatan ini harus menjadi gerakan masyarakat yang masif, terorganisir, terukur dan berkesinambungan," tegas Ina Agustina Isturini.