Kualitas Protein: Tak Cuma Jumlah, tapi Juga Daya Serap Tubuh
Pakar IPB menjelaskan bahwa kualitas protein ditentukan oleh jumlah dan kemampuan tubuh menyerap asam amino, dengan protein hewani lebih unggul dalam hal ini dibanding protein nabati.
Protein: Lebih dari sekadar jumlah
Kita sering mendengar betapa pentingnya protein untuk tubuh. Tapi, tahukah Anda bahwa menilai kualitas protein bukan hanya soal jumlahnya? Prof. Dr. Epi Taufik S.Pt M.V.P.H M.Si dari Institut Pertanian Bogor (IPB) menjelaskan, kemampuan tubuh menyerap asam amino dari sumber protein juga sangat krusial.
Prof. Epi, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Susu IPB, menekankan peran asam amino dalam pembentukan protein. Ia menjelaskan bahwa ada asam amino esensial yang tubuh kita tak mampu memproduksi sendiri. Sumber protein hewani, menurutnya, lebih lengkap dan kaya akan asam amino esensial dibandingkan sumber nabati. Hal ini disampaikannya dalam diskusi acara Zona Main So Nice di Jakarta, Jumat (31/1).
Skor PDCAAS dan DIAAS: Ukuran Daya Serap Asam Amino
Untuk mengukur seberapa baik tubuh menyerap asam amino esensial, digunakan skor protein digestibility-corrected amino acid score (PDCAAS) dan digestible indispensable amino acid score (DIAAS). Skor DIAAS di atas 100 menunjukkan penyerapan asam amino yang optimal.
Protein Hewani vs Nabati: Perbedaan Signifikan
Prof. Epi mengategorikan daging ayam, sapi, telur, dan salmon sebagai sumber protein hewani dengan skor DIAAS di atas 100. Artinya, asam amino dalam protein tersebut terserap tubuh dengan baik untuk memperbaiki jaringan dan pertumbuhan. Namun, beliau juga menjelaskan bahwa protein nabati seperti kacang-kacangan dan sayur, meskipun penting, tak selalu terserap sempurna. Oleh karena itu, protein hewani tetap dibutuhkan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi, termasuk vitamin B12.
Sebagai contoh, beliau menyebutkan bahwa kacang almond hanya 40 persen yang diserap tubuh. Ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam daya serap asam amino antara protein hewani dan nabati.
Edukasi Gizi dan Kebutuhan Protein
Sebagai anggota Tim Pakar Badan Gizi Nasional (BGN), Prof. Epi menyoroti pentingnya edukasi gizi, khususnya bagi orang tua. Mereka perlu memberikan asupan protein hewani yang cukup bagi anak-anak dan membatasi konsumsi jajanan tidak sehat. Kebutuhan protein harian bervariasi berdasarkan usia, mulai dari 40 gram per hari untuk anak usia sekolah (7-9 tahun) hingga 70 gram per hari untuk dewasa.
Rendahnya Konsumsi Protein Hewani di Indonesia
Data Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) tahun 2023 menunjukkan bahwa konsumsi protein hewani di Indonesia masih rendah, hanya sekitar 29,76 gram per hari. Prof. Epi menunjuk ketersediaan dan keterjangkauan sebagai tantangan utama, menekankan pentingnya program-program seperti Makan Bergizi Gratis untuk menjangkau mereka yang membutuhkan.