Kombinasi TKDN dan Insentif: Kunci Indonesia Jadi Pusat Produksi Regional?
Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi menyoroti pentingnya keseimbangan antara kebijakan TKDN dan insentif investasi untuk menarik investor asing dan menjadikan Indonesia pusat produksi regional.

Jakarta, 30 April 2024 - Indonesia menyimpan potensi besar untuk menjadi pusat produksi regional di sektor manufaktur dan teknologi. Namun, hal ini membutuhkan strategi cermat dalam menyeimbangkan kebijakan protektif seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dengan pemberian insentif investasi yang tepat, demikian disampaikan pengamat telekomunikasi Heru Sutadi.
Pernyataan tersebut disampaikan Heru saat dihubungi ANTARA di Jakarta. Ia menekankan bahwa mempertahankan kewajiban TKDN sangat penting. Tanpa kewajiban ini, perusahaan asing, misalnya pabrikan ponsel, tidak akan termotivasi membangun pabrik di Indonesia dan hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar, bukan pusat produksi. Hal ini jelas merugikan Indonesia dalam hal investasi dan lapangan kerja.
Heru juga mengingatkan bahwa tanpa insentif yang kuat dan aturan yang jelas, perusahaan multinasional dapat dengan mudah memindahkan operasional mereka ke negara lain seperti Vietnam, yang dinilai lebih agresif dalam menarik investor. Dampaknya akan terasa langsung pada perekonomian nasional, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Insentif Berbasis Penciptaan Lapangan Kerja: Solusi yang Menjanjikan?
Sebagai solusi, Heru mengusulkan skema insentif yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja. "Misalnya, jika investor menyerap 10 ribu tenaga kerja, potongan pajaknya 2 persen. Kalau bisa menyerap 100 ribu, potongannya 5 persen. Dan jika sampai satu juta orang, maka mereka layak mendapat pembebasan pajak," ujarnya. Skema ini diharapkan dapat memotivasi investor untuk berkontribusi nyata pada perekonomian lokal.
Selain insentif, Heru juga menyarankan pemerintah untuk memberikan kemudahan investasi lainnya, seperti penyediaan lahan industri, perizinan yang efisien, dan infrastruktur pendukung yang memadai. Dengan dukungan dan fasilitasi yang optimal, investor akan lebih tertarik menanamkan modal di Indonesia.
Pendekatan ini, menurut Heru, menguntungkan semua pihak. Investor memperoleh kepastian dan kemudahan berinvestasi, sementara Indonesia mendapatkan manfaat berupa lapangan kerja baru, peningkatan nilai tambah produk, dan penguatan daya saing industri nasional. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat bertransformasi dari sekadar pasar konsumtif menjadi pusat produksi teknologi tinggi di Asia Tenggara.
Kemudahan Investasi: Kunci Penting Daya Saing Indonesia
Heru menambahkan pentingnya menciptakan iklim investasi yang kondusif. "Investor happy dibantu investasi, bukan dipersulit. Kita juga mendapat pembukaan lapangan kerja dan investasi. Dengan begitu, ya happy happy solution," katanya. Hal ini menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memberikan dukungan penuh kepada investor, bukan hanya sekadar menerapkan regulasi yang ketat.
Kesimpulannya, kombinasi antara kebijakan TKDN yang tetap diterapkan dan pemberian insentif yang terukur dan terarah, serta kemudahan dalam proses investasi, merupakan kunci bagi Indonesia untuk menarik investasi asing dan menjadi pusat produksi regional yang kompetitif di sektor manufaktur dan teknologi. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat meraih potensi besarnya dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
- Pemerintah perlu menyeimbangkan kebijakan TKDN dengan insentif investasi yang menarik.
- Skema insentif berbasis penciptaan lapangan kerja dapat menjadi solusi yang efektif.
- Kemudahan investasi, termasuk penyediaan lahan, perizinan, dan infrastruktur, sangat penting.