110 Gempa Guncang Maluku dalam Seminggu, BMKG Imbau Warga Tetap Waspada
Sebanyak 110 gempa bumi mengguncang Maluku dan sekitarnya dalam sepekan terakhir, BMKG imbau warga tetap tenang dan waspada serta melakukan mitigasi bencana.

Dalam kurun waktu sepekan terakhir, tepatnya antara tanggal 14 hingga 20 Maret 2025, wilayah Maluku dan sekitarnya diguncang oleh 110 kejadian gempa bumi. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon, Djati Cipto Kuncoro, di Ambon pada Jumat lalu. Gempa-gempa tersebut sebagian besar tergolong dangkal, dengan magnitudo bervariasi dan telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Dari 110 kejadian tersebut, mayoritas gempa memiliki magnitudo antara 3 hingga 5 SR (85 kejadian). Tercatat pula 21 kejadian gempa dengan magnitudo kurang dari 3 SR, dan empat kejadian gempa dengan magnitudo di atas 5 SR. Berdasarkan kedalamannya, 76 gempa tergolong dangkal (1-60 kilometer), 31 gempa menengah (60-300 kilometer), dan tiga gempa terjadi di kedalaman lebih dari 300 kilometer. Dua gempa bumi dirasakan masyarakat dengan skala II-III MMI di laut Banda bagian selatan.
Kejadian gempa terbanyak tercatat pada tanggal 17 Maret 2025 dengan 34 kejadian, disusul 29 kejadian pada tanggal 18 Maret 2025. Dua gempa yang dirasakan masyarakat terjadi pada tanggal 18 Maret, yang pertama berkekuatan magnitudo 5,7 dengan kedalaman 24 km, dirasakan di Tehoru, Masohi, dan Werinama dengan skala intensitas III MMI. Gempa kedua berkekuatan magnitudo 4,9 dengan kedalaman 23 km, dirasakan di Kobisonta dengan skala intensitas III MMI. BMKG menekankan pentingnya peningkatan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi gempa bumi di wilayah tersebut.
Serangkaian Gempa Bumi di Maluku: Analisis BMKG
BMKG mencatat aktivitas seismik yang signifikan di Maluku selama periode 14-20 Maret 2025. Sebanyak 110 gempa bumi terdeteksi, sebagian besar berpusat di sekitar wilayah Maluku dan sekitarnya. Distribusi magnitudo gempa menunjukkan rentang yang cukup luas, mulai dari kurang dari 3 SR hingga lebih dari 5 SR. Hal ini menunjukkan kompleksitas aktivitas tektonik di wilayah tersebut.
Berdasarkan data kedalaman, mayoritas gempa tergolong dangkal, yang mengindikasikan potensi dampak yang lebih signifikan terhadap wilayah daratan. Gempa-gempa dangkal cenderung lebih merusak dibandingkan gempa dalam karena jaraknya yang lebih dekat dengan permukaan bumi. BMKG terus memantau aktivitas seismik dan memberikan informasi terkini kepada masyarakat.
Meskipun sebagian besar gempa tidak dirasakan oleh masyarakat, beberapa kejadian gempa dengan magnitudo yang lebih besar telah menimbulkan guncangan yang terasa di beberapa daerah di Maluku. Hal ini menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana gempa bumi di wilayah rawan gempa seperti Maluku.
"Periode 14-20 Maret 2025, terjadi 110 kejadian gempa bumi yang didominasi gempa dangkal mengguncang Maluku dan sekitarnya," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kelas 1 Ambon Djati Cipto Kuncoro.
Imbauan BMKG dan Upaya Mitigasi
Menyikapi tingginya frekuensi gempa bumi di Maluku, BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang namun tetap waspada. Penting untuk menghindari penyebaran informasi yang tidak bertanggung jawab dan selalu mengacu pada informasi resmi dari BMKG dan BPBD setempat.
Masyarakat juga diimbau untuk memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal masing-masing. Pastikan bangunan tersebut cukup tahan gempa dan tidak terdapat kerusakan yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah. Jika terjadi gempa, masyarakat dihimbau untuk mengikuti arahan dari BPBD setempat dan informasi dari BMKG.
Selain itu, hindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai mitigasi bencana gempa bumi sangat penting untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi. BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan upaya mitigasi untuk mengurangi risiko kerugian jiwa dan harta benda.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah," ujar Djati.
Dengan meningkatnya aktivitas seismik di Maluku, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi bencana gempa bumi di masa mendatang. Masyarakat diharapkan untuk selalu mengikuti arahan dan informasi resmi dari pihak berwenang.