37 Keluarga di Desa Ngune, Buol Direkomendasikan Relokasi Akibat Abrasi Parah
Abrasi hebat di Desa Ngune, Buol, Sulawesi Tengah mengakibatkan 37 keluarga harus direlokasi karena 37 rumah mereka rusak berat akibat hantaman ombak besar.

Bencana abrasi menerjang Desa Ngune, Kecamatan Lakea, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah pada Kamis (13/3) sore hingga malam. Peristiwa ini mengakibatkan sedikitnya 37 keluarga atau 147 jiwa kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka rusak berat akibat hantaman ombak besar yang disertai angin kencang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merekomendasikan relokasi bagi para korban untuk memastikan keselamatan dan keamanan mereka.
Berdasarkan data dari kaji cepat tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buol, tercatat sebanyak 50 unit rumah warga mengalami kerusakan. Dari jumlah tersebut, 37 unit rumah mengalami kerusakan berat, dan sebelumnya merupakan rumah bantuan untuk nelayan di wilayah pesisir Desa Ngune. Untungnya, BNPB mengkonfirmasi tidak ada korban jiwa dalam peristiwa abrasi ini.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyatakan bahwa para warga yang terdampak abrasi direkomendasikan untuk segera direlokasi ke tempat yang lebih aman. "Para warga yang terkena abrasi direkomendasikan untuk segera direlokasi ke tempat yang lebih aman," kata Abdul Muhari dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (14/3).
Relokasi 37 Keluarga Korban Abrasi di Desa Ngune
Proses relokasi 37 keluarga korban abrasi di Desa Ngune menjadi prioritas utama. Pemerintah daerah, dibantu oleh BPBD Kabupaten Buol dan BPBD Provinsi Sulawesi Tengah, telah melakukan evakuasi para korban ke tempat pengungsian sementara. Di tempat pengungsian, para korban mendapatkan pendampingan dan bantuan kebutuhan dasar.
Abrasi yang terjadi di Desa Ngune bukanlah peristiwa yang tiba-tiba. Menurut keterangan tim di lapangan, kerusakan yang terjadi merupakan akumulasi dari proses abrasi yang telah berlangsung lama dan diperparah oleh cuaca ekstrem berupa ombak besar dan angin kencang pada Kamis malam. Hal ini menunjukkan pentingnya langkah antisipatif untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
BNPB juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan pemerintah daerah dalam menghadapi potensi bencana serupa. "BNPB meminta pemerintah daerah untuk segera memeriksa kesiapan perangkat, personel, serta sumber daya guna menghadapi potensi darurat," ujar Abdul Muhari. Persiapan yang matang akan sangat krusial dalam meminimalisir dampak bencana dan melindungi masyarakat.
Kondisi Rumah dan Bantuan yang Diberikan
Ke-37 rumah yang rusak berat tersebut sebelumnya merupakan bantuan untuk nelayan di Desa Ngune. Kerusakan yang terjadi akibat abrasi ini tentu menimbulkan kerugian besar bagi para korban. Selain kehilangan tempat tinggal, mereka juga kehilangan harta benda yang ada di dalam rumah.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait saat ini tengah fokus pada upaya relokasi dan pemenuhan kebutuhan dasar para korban. Bantuan berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal sementara telah disalurkan. Namun, perencanaan jangka panjang untuk relokasi dan pembangunan tempat tinggal baru yang aman dari ancaman abrasi juga perlu segera dilakukan.
Proses relokasi ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga terkait lainnya. Perencanaan yang matang dan komprehensif sangat penting untuk memastikan relokasi berjalan lancar dan para korban dapat memulai kehidupan baru di tempat yang lebih aman dan layak.
Langkah-langkah Pencegahan Abrasi di Masa Mendatang
Peristiwa abrasi di Desa Ngune menjadi pengingat penting tentang perlunya langkah-langkah pencegahan dan mitigasi bencana. Studi dan analisis lebih lanjut mengenai penyebab abrasi di wilayah tersebut perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan efektif.
Selain itu, peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan pesisir juga sangat penting. Pengelolaan sumber daya alam pesisir yang berkelanjutan dapat membantu mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan lingkungan lainnya. Partisipasi aktif masyarakat dalam upaya konservasi lingkungan sangat dibutuhkan.
Perlu juga dikaji ulang sistem pembangunan di wilayah pesisir untuk memastikan pembangunan tersebut ramah lingkungan dan tidak memperparah risiko abrasi. Evaluasi terhadap tata ruang wilayah dan rencana pembangunan jangka panjang perlu dilakukan untuk memastikan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Kejadian abrasi di Desa Ngune menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Kerjasama dan kesiapsiagaan yang baik dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat, sangat penting dalam menghadapi dan mencegah bencana alam, khususnya abrasi di wilayah pesisir.