Akademisi Desak Pemerintah Perluas LCT untuk Mitigasi Tarif Impor AS
Direktur Program Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan, Mukhaer Pakkanna, mendorong pemerintah memperluas LCT untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dan mitigasi dampak tarif impor AS yang tinggi.

Jakarta, 5 April 2025 - Direktur Program Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, Mukhaer Pakkanna, mendesak pemerintah untuk segera memperluas implementasi local currency transaction (LCT) guna mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Langkah ini dinilai krusial untuk memitigasi dampak negatif dari tarif impor resiprokal yang diberlakukan Amerika Serikat.
Kebijakan tarif impor baru AS, yang diumumkan pada awal April 2025, memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap Indonesia. Tarif ini termasuk salah satu yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN, dan berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Mukhaer Pakkanna, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Ekonomi, Bisnis, dan Pariwisata Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menekankan urgensi perluasan LCT sebagai strategi mitigasi.
Menurutnya, perluasan LCT bukan hanya sekadar solusi teknis, melainkan juga sebuah pernyataan keberanian politik untuk memperkuat kedaulatan ekonomi Indonesia. "Pejabat negara harus memberi teladan. Tukarkan dolarmu ke rupiah. Ini bukan soal teknis semata, tapi nasionalisme," tegas Mukhaer dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Dampak Tarif Impor AS dan Urgensi LCT
Mukhaer menjelaskan bahwa kenaikan tarif impor AS akan langsung berdampak pada harga barang di Indonesia, terutama barang-barang yang berbasis dolar AS. Mengingat mayoritas transaksi impor Indonesia masih menggunakan dolar AS, hal ini akan berpotensi memperlemah nilai tukar rupiah secara signifikan. Ia memprediksi kurs rupiah dapat mencapai Rp20.000 per dolar AS.
Lebih lanjut, Mukhaer memperingatkan bahwa depresiasi rupiah dan arus keluar modal asing (capital outflow) yang besar akan berdampak buruk pada kinerja pasar saham dan membatasi ruang fiskal pemerintah. Oleh karena itu, perluasan LCT menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif tersebut dan melindungi perekonomian nasional.
Selain itu, Mukhaer juga menyoroti pentingnya diversifikasi transaksi internasional. Ia mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan integrasi Indonesia ke dalam inisiatif BRICS Pay dan New Development Bank (NDB) sebagai solusi jangka panjang. Inisiatif ini dinilai dapat menciptakan ekosistem transaksi yang lebih efisien dan berdaulat, mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Reformasi Struktural sebagai Solusi Jangka Panjang
Mukhaer menekankan bahwa situasi ini dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing ekonominya secara menyeluruh. Ia menyarankan beberapa langkah strategis, antara lain reformasi regulasi, efisiensi perizinan, penguatan infrastruktur kawasan industri, transisi ke energi terbarukan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Ia memperingatkan bahwa jika hal-hal tersebut tidak segera dibenahi, investor akan cenderung beralih ke negara lain seperti Vietnam, Kamboja, dan Thailand. "Kita harus berani melakukan reformasi struktural, atau siap menerima konsekuensinya," tegas Mukhaer.
Kesimpulannya, perluasan LCT merupakan langkah strategis yang mendesak untuk diimplementasikan guna mengurangi dampak negatif tarif impor AS. Namun, perluasan LCT juga harus diiringi dengan reformasi struktural yang komprehensif untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di jangka panjang dan mengurangi ketergantungan pada mata uang asing.