Antisipasi Lonjakan Pasien Lebaran 2025: BPJS Kesehatan Samarinda Siap Siaga
BPJS Kesehatan Cabang Samarinda menyiapkan langkah antisipasi lonjakan pasien pasca Lebaran 2025 dengan berkoordinasi dengan faskes dan mendorong penggunaan antrean online Mobile JKN.

BPJS Kesehatan Cabang Samarinda, Kalimantan Timur, bersiap menghadapi lonjakan pasien setelah libur Lebaran 2025. Kepala BPJS Kesehatan Cabang Samarinda, Citra Jaya, mengungkapkan bahwa lonjakan ini merupakan tren tahunan yang sudah terjadi selama lebih dari satu dekade. Pihaknya telah mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan pelayanan kesehatan tetap optimal bagi peserta JKN.
Lonjakan kunjungan pasien pasca-Lebaran, menurut Citra Jaya, disebabkan oleh penurunan kunjungan selama bulan Ramadhan. Ketika aktivitas kembali normal, peningkatan jumlah pasien terlihat signifikan. "Selama 10 hingga 11 tahun terakhir, kondisi ini memang selalu terjadi. Pasca-Lebaran pasti ada lonjakan kunjungan pasien. Mungkin karena selama bulan puasa cenderung turun jadi ketika kembali normal terlihat seolah-olah meningkat drastis," ujarnya.
Untuk mengatasi potensi penumpukan pasien, BPJS Kesehatan Samarinda telah melakukan koordinasi intensif dengan fasilitas kesehatan (faskes) di Samarinda. Kerja sama ini didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun menghadapi lonjakan serupa. Rumah sakit dan faskes di Samarinda telah memahami pola ini dan siap mengantisipasinya dengan memastikan ketersediaan dokter dan pelayanan yang optimal.
Antisipasi Lonjakan Pasien dengan Pemanfaatan Teknologi
Salah satu strategi BPJS Kesehatan adalah mendorong pemanfaatan layanan antrean online melalui aplikasi Mobile JKN. Meskipun penggunaan aplikasi ini terus meningkat sejak tahun 2024, masih ada kendala di lapangan. Citra Jaya menjelaskan, "Pemanfaatan antrean online memang meningkat seiring waktu, tantangan utamanya adalah peserta yang tidak memiliki gadget atau kurang familiar dengan penggunaan aplikasi. Kadang-kadang mereka harus meminta bantuan kerabat untuk mengoperasikan aplikasi tersebut."
Kendala lain adalah keterbatasan akses internet di beberapa wilayah. Namun, BPJS Kesehatan tetap fokus pada edukasi dan mendorong kelompok masyarakat yang memiliki akses teknologi untuk memanfaatkan antrean online. "Kami fokus mendorong segmen peserta yang lebih berpeluang memanfaatkan antrean online karena manfaatnya cukup besar dalam mempercepat pelayanan," ungkap Citra Jaya.
BPJS Kesehatan juga memastikan tidak akan membatasi jumlah pasien yang dapat dilayani. Namun, pelayanan akan disesuaikan dengan kapasitas layanan sesuai standar yang ditetapkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). "Menurut rekomendasi IDI, idealnya rata-rata pelayanan per pasien adalah 6 menit. Kami mengimbau rumah sakit untuk menyesuaikan jam praktik dengan jumlah pasien yang dilayani," jelasnya.
Menjaga Kualitas Pelayanan dengan Standar IDI
Sebagai contoh, poliklinik yang beroperasi selama dua jam idealnya dapat melayani sekitar 20 hingga 24 pasien dengan durasi pelayanan sekitar 6 menit per orang. "Yang sering terjadi, meskipun tertera waktu praktik dua jam, kenyataannya bisa lebih panjang. Jadi, kami mengingatkan rumah sakit untuk menginput durasi layanan yang sesuai dengan kondisi di lapangan," tutur Citra Jaya.
Penyesuaian durasi pelayanan ini bertujuan untuk menjaga kualitas layanan dan memastikan pasien mendapatkan waktu konsultasi yang cukup. "Kami ingin memastikan peserta JKN mendapatkan pelayanan yang sesuai standar dengan durasi yang cukup sehingga kualitas pelayanan tetap terjaga," tegasnya. Dengan berbagai strategi ini, BPJS Kesehatan Samarinda optimis dapat memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada peserta JKN selama dan setelah libur Lebaran 2025.
BPJS Kesehatan juga terus melakukan evaluasi dan pembenahan sistem untuk memastikan kelancaran pelayanan, terutama setelah libur panjang. Evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya menunjukkan bahwa meskipun pernah terjadi gangguan sistem, BPJS Kesehatan telah melakukan langkah-langkah perbaikan untuk meminimalisir kendala tersebut.