Banjir di Lombok Barat: 340 KK Terdampak, Peringatan Dini BMKG
Banjir akibat luapan sungai di tiga kecamatan Lombok Barat, NTB, merendam ratusan rumah dan mengungsikan 340 kepala keluarga; BMKG memperingatkan potensi hujan tinggi hingga 20 Februari 2025.
Lombok Barat dilanda banjir yang signifikan pada 11 Februari 2025, merendam ratusan rumah di tiga kecamatan: Labuapi, Kediri, dan Gerung. Penjabat Bupati Lombok Barat, Ilham, melaporkan sekitar 340 kepala keluarga (KK) terdampak, dengan rincian 250 KK di Bajur, 40 KK di Kuranji, dan 50 KK di Karang Bongkot. Banjir disebabkan oleh luapan sungai akibat curah hujan tinggi. Pemerintah daerah telah mendirikan posko pengungsian utama di Kantor Camat Labuapi dan menyalurkan bantuan logistik.
Situasi Darurat dan Respon Pemerintah
Ilham menjelaskan bahwa posko pengungsian direncanakan beroperasi selama lima hari ke depan, seiring dengan prediksi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi akibat bibit siklon tropis dan La Nina. Distribusi bantuan logistik difokuskan di Kantor Camat Labuapi untuk kemudian didistribusikan ke lokasi terdampak. Pihak berwenang terus berupaya untuk mendata jumlah pasti penduduk yang terdampak dan kebutuhan mendesak mereka.
Selain itu, upaya evakuasi dan penyelamatan warga terdampak juga dilakukan secara intensif. Tim gabungan dari berbagai instansi, termasuk TNI, Polri, dan relawan, bekerja sama untuk membantu warga yang membutuhkan pertolongan. Pemerintah daerah juga berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan bantuan sampai kepada yang membutuhkan.
Peringatan Dini BMKG dan Ancaman Hujan Ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini terkait potensi curah hujan tinggi di Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya antara tanggal 11 hingga 20 Februari 2025. Probabilitas curah hujan lebih dari 50 milimeter mencapai 40 hingga 90 persen, bahkan ada kemungkinan curah hujan lebih dari 100 milimeter per dasarian dengan probabilitas 10-60 persen di sebagian besar wilayah NTB. Peringatan ini menunjukkan tingginya risiko banjir dan bencana hidrometeorologi lainnya.
Dampak Banjir di Desa Kuranji
Desa Kuranji menjadi salah satu wilayah yang terdampak parah. Komplek Rumah Teduh Kuranji, yang terdiri dari 45 rumah, sebagian masih tergenang air akibat luapan Sungai Babak. Muklis, seorang warga setempat, menceritakan bahwa dinding komplek perumahan jebol diterjang luapan sungai. Ia menambahkan bahwa sejak Desember 2024 hingga Februari 2025, wilayah tersebut telah mengalami empat kali banjir. Warga meminta pengembang untuk memperbaiki infrastruktur, khususnya membangun tembok yang lebih kokoh dan membenahi saluran air untuk mencegah kejadian serupa terulang.
Langkah Antisipasi dan Pencegahan Ke Depan
Kejadian banjir di Lombok Barat ini menyoroti pentingnya langkah antisipasi dan mitigasi bencana. Perencanaan tata ruang yang memperhatikan faktor risiko banjir, pembangunan infrastruktur yang tahan terhadap bencana, dan sistem peringatan dini yang efektif menjadi krusial. Selain itu, edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi risiko bencana juga perlu ditingkatkan. Kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya sangat penting untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang.
Kesimpulan
Banjir di Lombok Barat merupakan peristiwa yang memprihatinkan, namun juga menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Respon cepat pemerintah dan bantuan dari berbagai pihak sangat penting dalam meringankan penderitaan warga terdampak. Namun, upaya jangka panjang untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang juga perlu menjadi fokus utama. Pentingnya kolaborasi dan antisipasi bencana menjadi pelajaran berharga dari peristiwa ini.