Banjir Jakarta: 29 RT Terendam, Ketinggian Air Capai 2,5 Meter!
Hujan deras di Jakarta mengakibatkan banjir di 29 RT di Jakarta Timur, Barat, dan Selatan, dengan ketinggian air hingga 2,5 meter, terutama di sekitar aliran Sungai Ciliwung.

Banjir kembali melanda Jakarta! Sebanyak 29 Rukun Tetangga (RT) di Jakarta Timur, Barat, dan Selatan terendam banjir dengan ketinggian air yang mengkhawatirkan, mencapai hingga 2,5 meter. Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras mengguyur wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada Senin, 17 Maret 2024. BPBD DKI Jakarta mencatat dampak terparah terjadi di bantaran Sungai Ciliwung.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan, membenarkan kejadian ini. "Data pada Selasa pagi menunjukkan genangan terjadi di 29 RT," ujar Yohan saat dikonfirmasi. Banjir ini disebabkan oleh tingginya curah hujan dan meluapnya beberapa sungai utama di Jakarta, termasuk Sungai Ciliwung.
Genangan terparah terjadi di Kelurahan Cililitan dan Cawang, Jakarta Timur, dengan ketinggian air mencapai 2,3 hingga 2,5 meter. Kondisi ini memaksa warga di daerah tersebut untuk mengungsi dan menyebabkan berbagai aktivitas terganggu. BPBD DKI Jakarta terus memantau situasi dan melakukan upaya penanganan banjir.
Banjir di Jakarta Timur, Barat, dan Selatan
Sebanyak 23 RT di Jakarta Timur terdampak banjir. Rinciannya, Kelurahan Lubang Buaya (1 RT, 30 cm), Bidara Cina (3 RT, 160-175 cm), Kampung Melayu (4 RT, 160 cm), Balekambang (3 RT, 130-170 cm), Cawang (7 RT, 30-230 cm), Cililitan (2 RT, 230-250 cm), dan Cipinang Melayu (3 RT, 30-40 cm). Penyebab utama banjir di Jakarta Timur adalah curah hujan tinggi dan meluapnya Sungai Ciliwung.
Di Jakarta Barat, dua RT di Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, terendam banjir dengan ketinggian 35 cm akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke. Sementara itu, di Jakarta Selatan, empat RT di Kelurahan Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, terendam dengan ketinggian air mencapai 135 hingga 195 cm. Luapan Sungai Ciliwung dan curah hujan tinggi menjadi penyebab utama banjir di wilayah ini.
"Sehingga, menyebabkan kenaikan Pos Pantau Krukut Hulu menjadi siaga 3 atau waspada pada Senin (17/3) malam pukul 22.00 WIB," jelas Yohan. Selain itu, Pos Pantau Pesanggrahan, Sunter Hulu, dan Angke Hulu juga berstatus siaga 3 (waspada). Pos Pantau Depok siaga 3 pada Selasa dini hari, sementara Pos Pantau Sunter Hulu meningkat menjadi siaga 1 (bahaya) pukul 01.00 WIB.
Upaya Penanganan Banjir
BPBD DKI Jakarta telah mengerahkan tim untuk membantu warga terdampak banjir. Upaya penanganan banjir meliputi evakuasi warga, penyediaan tempat pengungsian, dan pembagian bantuan logistik. Selain itu, BPBD juga berkoordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan penyedotan air dan pembersihan pascabanjir. Pentingnya antisipasi dan mitigasi bencana banjir di Jakarta menjadi sorotan utama pasca kejadian ini.
Mohamad Yohan menambahkan bahwa "Akibatnya, terjadi beberapa genangan di wilayah DKI Jakarta." Pernyataan ini menekankan dampak luas dari hujan deras dan meluapnya sungai-sungai di Jakarta. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, terutama di daerah rawan banjir.
Data yang dirilis BPBD DKI Jakarta menunjukkan bahwa banjir kali ini terjadi di berbagai wilayah di Jakarta, menandakan perlunya strategi pengelolaan banjir yang lebih komprehensif. Kejadian ini juga menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengurangi risiko banjir.
Kesimpulan
Banjir yang melanda 29 RT di Jakarta merupakan peristiwa yang memprihatinkan dan memerlukan penanganan serius. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan perlunya perbaikan sistem drainase serta pengelolaan sungai di Jakarta untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.