Banjir Jakarta Rendam 34 RT di Tiga Wilayah, Hujan Deras dan Luapan Sungai Jadi Penyebab
Hujan deras semalam mengakibatkan banjir di 34 RT di Jakarta Selatan, Timur, dan Barat, disebabkan oleh luapan Sungai Ciliwung dan Kali Angke.

Banjir kembali melanda Jakarta dan sekitarnya. Hujan deras yang mengguyur wilayah Jakarta Selatan, Timur, dan Barat pada Minggu malam hingga Senin (17-18 Maret 2024) menyebabkan 34 RT terendam banjir. Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan, mengkonfirmasi hal ini pada Senin pagi, menjelaskan bahwa genangan air mencapai ketinggian bervariasi, dari puluhan sentimeter hingga lebih dari dua meter.
Banjir ini disebabkan oleh dua faktor utama: intensitas hujan yang tinggi dan meluapnya Sungai Ciliwung serta Kali Angke. Luapan sungai tersebut mengakibatkan genangan air yang signifikan di beberapa wilayah yang berada di bantaran sungai. Kondisi ini menyebabkan aktivitas warga di sejumlah wilayah terganggu dan membutuhkan penanganan segera dari pihak berwenang.
Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir di Jakarta. Sistem drainase yang kurang memadai dan kapasitas sungai yang terbatas menjadi faktor penentu dalam peristiwa banjir ini. Ke depannya, diperlukan upaya lebih intensif untuk mengantisipasi dan meminimalisir dampak banjir di wilayah rawan banjir di Jakarta.
Banjir Terparah Terjadi di Jakarta Selatan dan Timur
Wilayah Jakarta Selatan menjadi salah satu area yang paling terdampak banjir. Sebanyak 11 RT di tiga kelurahan, yaitu Pejaten Timur, Rawajati, dan Cipulir, terendam banjir dengan ketinggian air bervariasi antara 40 sentimeter hingga 1,9 meter. Kelurahan-kelurahan tersebut terletak di bantaran Sungai Ciliwung, sehingga sangat rentan terhadap luapan sungai.
Kondisi serupa juga terjadi di Jakarta Timur, dengan 21 RT di tujuh kelurahan terendam banjir. Kelurahan yang terdampak meliputi Lubang Buaya, Bidara Cina, Kampung Melayu, Balekambang, Cawang, Cililitan, dan Cipinang Melayu. Ketinggian air di Jakarta Timur berkisar antara 30 sentimeter hingga 2,5 meter, dengan titik terparah mencapai 2,5 meter di dua RT di Kelurahan Cililitan.
"Pada jam 09.00 WIB banjir menggenangi 29 RT, data terakhir jam 10.00 WIB 34 RT," kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta Mohamad Yohan saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin. Pernyataan ini menunjukkan bahwa situasi banjir masih berkembang dan membutuhkan pemantauan terus menerus.
Sementara itu, di Jakarta Barat, banjir hanya merendam 2 RT di Kelurahan Rawa Buaya dengan ketinggian air mencapai 35 cm. Banjir di wilayah ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan luapan Kali Angke.
Upaya Penanganan Banjir
BPBD DKI Jakarta telah mengerahkan tim untuk melakukan penanganan banjir. Upaya yang dilakukan meliputi evakuasi warga terdampak, penyediaan bantuan logistik, dan pembersihan genangan air setelah surut. Koordinasi dengan berbagai pihak terkait juga dilakukan untuk memastikan penanganan banjir berjalan efektif dan efisien. Namun, diperlukan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir di Jakarta secara menyeluruh.
Perlu adanya peningkatan kapasitas infrastruktur, seperti pembangunan sistem drainase yang lebih baik dan normalisasi sungai. Selain itu, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan juga sangat penting untuk mencegah terjadinya banjir. Dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan kejadian banjir seperti ini dapat diminimalisir di masa mendatang.
"Untuk ketinggian air di titik tersebut lanjut Yohan yaitu mulai dari 40 sentimeter (cm) sampai 1,9 meter," ujarnya. Data ini menunjukkan variasi ketinggian air yang signifikan di berbagai lokasi yang terdampak banjir.
Sebagai penutup, peristiwa banjir ini kembali menyoroti kerentanan Jakarta terhadap bencana alam. Penting bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, guna mengurangi risiko banjir di masa mendatang. Solusi komprehensif yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari infrastruktur hingga kesadaran masyarakat, sangat diperlukan untuk menciptakan Jakarta yang lebih tangguh terhadap bencana.