Banjir Jayawijaya: Harga Bahan Pokok Tetap Stabil, Sayur Mayur Naik
Banjir di Jayawijaya tak pengaruhi harga bahan pokok utama, namun harga sayur mayur naik akibat gagal panen.

Banjir yang melanda Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan, selama dua pekan terakhir menimbulkan kekhawatiran akan kenaikan harga bahan pokok. Namun, berdasarkan laporan Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian dan Perdagangan (Disnakerindag) Kabupaten Jayawijaya, dampaknya terhadap harga bahan pokok utama relatif terbatas. Peristiwa ini terjadi di Wamena, dan dilaporkan pada tanggal 30 April. Pemerintah setempat terus memantau situasi dan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat.
Meskipun sebagian besar harga bahan pokok tetap stabil, dampak banjir terhadap sektor pertanian cukup signifikan. Hal ini terutama terlihat pada harga sayur mayur yang mengalami kenaikan. Kenaikan harga ini disebabkan oleh terganggunya hasil panen akibat genangan air yang melanda 24 dari 40 distrik di Kabupaten Jayawijaya.
Plt. Kepala Disnakerindag Kabupaten Jayawijaya, Linda CH Wellikin, menyatakan bahwa harga beras, gula, minyak goreng, dan bahan pokok lainnya masih terpantau stabil. Ia menekankan bahwa stabilitas harga ini memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga meskipun terjadi bencana alam.
Harga Bahan Pokok Tetap Stabil
Berdasarkan data yang dihimpun Disnakerindag, harga beras medium masih berada di angka Rp25.000/kg, beras premium Rp27.000/kg, gula pasir curah Rp28.000/kg, minyak goreng sawit kemasan premium Rp35.000/lt, daging sapi Rp170.000/kg, daging ayam ras Rp55.000/kg, telur ayam ras Rp60.000/kg, tepung terigu Rp23.000/kg, kedelai Rp25.000/kg. Harga-harga tersebut relatif stabil dan tidak menunjukkan kenaikan signifikan pasca-banjir.
Kondisi ini menunjukkan daya tahan sektor perdagangan dan distribusi bahan pokok di Jayawijaya. Meskipun akses jalan di beberapa titik terputus akibat banjir, pasokan bahan pokok utama masih dapat terjaga dengan baik.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya patut diapresiasi atas upaya pemantauan dan antisipasi yang dilakukan untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya inflasi dan melindungi daya beli masyarakat yang terdampak banjir.
Kenaikan Harga Sayur Mayur
Meskipun harga bahan pokok utama relatif stabil, dampak banjir terhadap sektor pertanian cukup signifikan, terutama pada komoditas sayur mayur. Harga sayur mayur mengalami kenaikan akibat gagal panen di sejumlah lahan pertanian yang terendam banjir.
Menurut Linda CH Wellikin, harga sayur mayur yang biasanya dijual Rp10.000 per ikat kini naik menjadi Rp15.000 per ikat, atau bahkan ikatan sayurnya diperkecil. Kenaikan harga ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan sayur mayur di pasaran akibat banjir yang melanda 24 distrik, termasuk lahan pertaniannya.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan kelangkaan sayur mayur dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah setempat terus memantau situasi dan berupaya untuk mengatasi permasalahan ini.
Kenaikan harga sayur mayur ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Jayawijaya, terutama bagi mereka yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan dan dukungan kepada para petani untuk memulihkan lahan pertanian mereka.
Antisipasi dan Harapan
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya terus memantau perkembangan harga bahan pokok dan sayur mayur pasca-banjir. Mereka berharap situasi segera membaik sehingga aktivitas masyarakat kembali normal dan perekonomian Jayawijaya dapat berjalan seperti biasa.
Dengan 24 dari 40 distrik terendam banjir dan akses jalan yang terputus di beberapa titik, pemerintah daerah mengkhawatirkan potensi kelangkaan dan lonjakan harga sayur mayur di hari-hari mendatang. Upaya pemulihan infrastruktur dan pertanian menjadi prioritas utama untuk mengatasi dampak jangka panjang dari bencana ini.
Stabilitas harga bahan pokok utama menjadi bukti ketahanan ekonomi Jayawijaya, namun kenaikan harga sayur mayur menjadi pengingat pentingnya ketahanan pangan lokal dan perlunya dukungan pemerintah untuk sektor pertanian.