Banjir Pekanbaru: Ratusan KK Terdampak Luapan Sungai Siak, Butuh Solusi Jangka Panjang
Ratusan Kepala Keluarga di Pekanbaru, Riau, terpaksa mengungsi akibat banjir yang disebabkan luapan Sungai Siak; pemerintah kota dan pusat berupaya mencari solusi jangka panjang.

Banjir yang melanda ratusan Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, sejak Senin, 3 Maret 2024, akibat luapan Sungai Siak, telah memaksa warga mengungsi. Wali Kota Pekanbaru, Agung Nugroho, langsung meninjau lokasi banjir yang merendam permukiman di sekitar Jalan Yos Sudarso dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan darurat dan solusi jangka panjang. Bencana ini menimbulkan pertanyaan besar tentang bagaimana mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Peninjauan lokasi banjir dilakukan bersama Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatra (BWSS) III, Syauqiyatul Afnani Rangkuti, dan sejumlah kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Wali Kota Agung menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah pusat, provinsi, dan kota untuk mengatasi masalah ini. "Kami turun langsung bersama Kepala BWSS III. Harapannya ini menjadi kolaborasi pemerintah pusat, provinsi dan kota untuk penanganan banjir," ujar Agung.
Tidak hanya penanganan darurat, upaya untuk mencegah banjir di masa depan juga menjadi fokus utama. Kerja sama antar pemerintah ini diharapkan dapat menghasilkan solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk melindungi warga Pekanbaru dari ancaman banjir Sungai Siak.
Langkah Normalisasi dan Pintu Air Sebagai Solusi Jangka Panjang
Wali Kota Agung Nugroho mengungkapkan perlunya langkah-langkah strategis untuk mengatasi masalah banjir ini secara permanen. Salah satu solusi yang diusulkan adalah normalisasi Sungai Siak dan pembangunan pintu air. Pembuatan pintu air, yang akan ditangani langsung oleh BWSS III, diharapkan mampu menahan luapan air Sungai Siak dan mencegah banjir di permukiman warga.
Koordinasi intensif antara pemerintah kota, provinsi, dan pusat akan segera dilakukan untuk membahas rencana pembangunan pintu air dan langkah-langkah normalisasi sungai. Rapat yang akan segera digelar ini diharapkan menghasilkan rencana aksi yang komprehensif dan terukur.
Selain itu, Agung juga menjelaskan bahwa tingginya debit air juga dipengaruhi oleh aliran air dari Sungai Tapung dan Kampar, yang merupakan hulu Sungai Siak. Hal ini menunjukkan kompleksitas masalah banjir dan perlunya pendekatan terpadu dalam penanganannya.
Penanganan Darurat dan Bantuan untuk Korban Banjir
Pemerintah Kota Pekanbaru telah mendirikan tenda pengungsian untuk menampung warga yang terdampak banjir. Agung memastikan bahwa tenda pengungsian saat ini cukup menampung warga dan pasokan makanan dari pemerintah kota mencukupi kebutuhan para pengungsi. Ribuan nasi bungkus dan makanan untuk berbuka puasa telah disalurkan kepada warga.
Tidak hanya itu, petugas Puskesmas dari Dinas Kesehatan juga dikerahkan ke titik pengungsian untuk melakukan pengecekan kesehatan warga. Pemerintah kota juga meminta bantuan sejumlah lembaga sosial untuk membantu warga korban banjir. Bahkan, komunikasi telah terjalin dengan Gubernur Riau, Abdul Wahid, untuk membuka dapur umum di titik pengungsian.
Langkah-langkah penanganan darurat ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memberikan bantuan dan perlindungan kepada warga yang terdampak banjir. Namun, solusi jangka panjang tetap menjadi prioritas utama untuk mencegah bencana serupa terjadi di masa mendatang.
Kesimpulan: Banjir di Pekanbaru akibat luapan Sungai Siak menyoroti pentingnya kolaborasi dan perencanaan yang matang dalam penanggulangan bencana. Solusi jangka panjang seperti normalisasi sungai dan pembangunan pintu air, di samping penanganan darurat yang cepat dan tepat, menjadi kunci untuk melindungi warga dari ancaman banjir di masa depan. Kerja sama yang erat antara pemerintah pusat, provinsi, dan kota sangat krusial untuk keberhasilan upaya ini.