Banjir Rejang Lebong: Drainase Kelebihan Kapasitas, Kesadaran Warga Dipertanyakan
Banjir yang kerap melanda Rejang Lebong, Bengkulu disebabkan oleh drainase yang kelebihan kapasitas dan rendahnya kesadaran warga dalam membuang sampah, ungkap BPBD.

Banjir kembali melanda Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rejang Lebong mengungkapkan penyebab utama bencana ini adalah sistem drainase yang sudah kelebihan kapasitas dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Banjir tersebut mengakibatkan beberapa wilayah perkotaan terendam, khususnya di Kecamatan Curup Tengah, Curup Kota, dan Curup Utara.
Kepala Pelaksana BPBD Rejang Lebong, Shalahuddin, menyatakan bahwa saluran pembuangan di Kota Curup tak mampu lagi menampung air hujan deras yang terjadi beberapa pekan terakhir. Akibatnya, air meluap ke jalanan dan merendam rumah warga. "Saluran pembuangan yang ada di Kota Curup saat ini sudah kelebihan kapasitas sehingga tidak mampu lagi menampung air hujan. Saat hujan turun lebat saluran pembuangan ini meluap ke jalanan hingga masuk ke perumahan warga," ungkap Shalahuddin dalam keterangannya di Rejang Lebong, Sabtu (1/3).
Selain masalah drainase, Shalahuddin juga menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah. Sampah yang menumpuk menyumbat drainase, memperparah kondisi banjir. Petugas BPBD dan kebersihan pun harus bekerja keras membersihkan sampah-sampah tersebut agar air tidak semakin meluap.
Drainase Kelebihan Kapasitas dan Masalah Sampah
Salahuddin menjelaskan bahwa hujan deras yang terjadi beberapa pekan terakhir menjadi pemicu utama banjir di Rejang Lebong. Namun, kondisi drainase yang sudah tidak memadai memperburuk situasi. Ia menekankan pentingnya pembangunan saluran pemecah atau sodetan pada drainase induk di perkotaan agar air hujan tidak langsung terkonsentrasi di satu titik.
Lebih lanjut, Shalahuddin menambahkan bahwa banjir juga disebabkan oleh banyaknya sampah yang menyumbat drainase. "Banjir ini juga akibat banyak sampah yang menyumbat drainase. Kalau sudah begini, personel BPBD dan petugas kebersihan harus berjibaku untuk membersihkan sampah yang menyumbat saluran pembuangan agar air tidak meluap ke jalanan dan permukiman warga," tegasnya.
BPBD Rejang Lebong telah menyiagakan personel dan relawan di 156 desa dan kelurahan untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi. Mereka siap memberikan bantuan dan evakuasi jika diperlukan.
Dampak Cuaca Ekstrem di Rejang Lebong
Selain banjir di perkotaan, cuaca ekstrem juga mengakibatkan bencana lain di Kabupaten Rejang Lebong. Tanah longsor terjadi di Desa Tebat Pulau, Kecamatan Bermani Ulu. Banjir juga dilaporkan terjadi di Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Curup Tengah, dan Desa Balai Buntar, Kecamatan Sindang Beliti Ilir.
Meskipun bencana melanda beberapa wilayah, Shalahuddin bersyukur tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Namun, ia tetap mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera mengungsi ke tempat aman jika hujan deras terjadi dalam waktu lama.
BPBD Rejang Lebong terus memantau kondisi cuaca dan melakukan upaya pencegahan bencana. Masyarakat diimbau untuk aktif berpartisipasi dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melaporkan jika terjadi bencana di sekitar mereka.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah banjir di Rejang Lebong antara lain:
- Peningkatan kapasitas drainase perkotaan
- Pembangunan saluran pemecah atau sodetan pada drainase induk
- Peningkatan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan
- Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana
Dengan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan masalah banjir di Rejang Lebong dapat diatasi dan risiko bencana dapat diminimalisir.