Bantul Berdayakan Pengangguran Lewat Padat Karya Infrastruktur
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, memberdayakan masyarakat pengangguran melalui program padat karya infrastruktur di 195 lokasi pada tahun 2025, membangun jalan, drainase, dan talud untuk meningkatkan aksesibilitas dan perekonomian lokal.

Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sukses memberdayakan warganya yang menganggur melalui program padat karya infrastruktur. Program ini menyasar warga pengangguran, setengah pengangguran, dan masyarakat miskin di 195 lokasi pada tahun 2025. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pekerjaan, tetapi juga meningkatkan aksesibilitas dan kualitas lingkungan di wilayah perdesaan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bantul, Istirul Widilastuti, menjelaskan bahwa program padat karya diprioritaskan untuk warga yang membutuhkan pekerjaan. Prosesnya diawali dengan identifikasi wilayah dengan tingkat kemiskinan tinggi dan jumlah pengangguran yang signifikan. "Program padat karya ini sebenarnya tujuan utamanya adalah memberikan pekerjaan pada saudara-saudara kita yang membutuhkan dengan kriteria penganggur, setengah penganggur dan warga miskin," ujar Istirul.
Setiap lokasi padat karya melibatkan 26 orang pekerja, sebagian besar merupakan pengangguran. Mereka membangun berbagai sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat, seperti jalan lingkungan, drainase, dan talud. Pemilihan jenis pekerjaan disesuaikan dengan usulan dan kebutuhan masyarakat setempat. "Mereka membangun sarana prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat sendiri. Artinya banyak jenis pekerjaan yang ada kita kerjakan dari proses identifikasi ini, kalau lokasi yang diajukan masyarakat ke kami itu sesuai data, maka kegiatan kita jalankan," tambah Istirul.
Infrastruktur Desa yang Diperbaiki
Jenis pekerjaan yang dilakukan dalam program padat karya ini beragam, disesuaikan dengan usulan dari masyarakat. Beberapa contohnya adalah pengecoran jalan lingkungan, pembangunan saluran drainase, dan pembuatan talud. Semua proyek ini difokuskan pada peningkatan aksesibilitas dan kualitas lingkungan di pedesaan.
Istirul menambahkan bahwa program ini juga bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas lingkungan bagi masyarakat. "Jadi yang kita kerjakan bervariasi sesuai dengan minat masyarakat yang mengajukan proposal kegiatan kepada kami. Jadi, selain memberdayakan masyarakat, padat karya juga bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas lingkungan bagi masyarakat," jelasnya.
Program padat karya di Bantul tidak hanya bermanfaat bagi para pekerja, tetapi juga berdampak positif pada perekonomian lokal. Warung-warung di sekitar lokasi proyek ikut merasakan peningkatan penjualan karena para pekerja membutuhkan kebutuhan pokok sehari-hari.
Pelaksanaan Padat Karya dan Dampaknya
Menariknya, program padat karya tahun 2025 di Bantul dilaksanakan selama bulan Ramadhan dan diselesaikan sebelum Lebaran. Hal ini dimaksudkan agar upah yang diterima para pekerja dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. "Memang perencanaan seperti itu, tapi paling tidak dengan upah yang diterima bisa membantu mereka ikut merayakan hari raya, disamping tujuan kita menggerakkan ekonomi lokal di sekitar lokasi kegiatan, karena warung-warung yang berjualan sembako di sekitar lokasi itu juga laku," ungkap Istirul.
Dengan demikian, program padat karya di Bantul terbukti efektif dalam memberdayakan masyarakat pengangguran, meningkatkan infrastruktur desa, dan menggerakkan perekonomian lokal. Program ini menjadi contoh baik bagi daerah lain dalam mengatasi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulannya, program padat karya di Bantul merupakan solusi inovatif yang mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan ekonomi lokal. Suksesnya program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam menciptakan program serupa.