Beras RI Melimpah, Kamboja Cari Pasar Ekspor Baru
Produksi beras Indonesia yang melimpah membuat Kamboja mencari pasar ekspor baru, ungkap Presiden Prabowo Subianto setelah kunjungan Presiden Senat Kamboja.

Presiden RI Prabowo Subianto mengumumkan bahwa Presiden Senat Kerajaan Kamboja, Hun Sen, dalam kunjungan kenegaraan ke Istana Merdeka pada Senin (5/5), menyatakan akan mencari pasar ekspor alternatif. Hal ini disebabkan oleh melimpahnya produksi beras di Indonesia, yang sebelumnya menjadi importir beras dari Kamboja.
Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna. Ia menjelaskan bahwa Presiden Hun Sen sendiri yang menyampaikan hal tersebut kepada Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian saat tiba di bandara. "Yang pertama disampaikan adalah 'kami perhatikan bahwa prestasi Indonesia luar biasa, produksi berasnya sangat baik sampai berlimpah. Ini akan berpengaruh pada kita karena biasanya Indonesia beli beras dari kita, tapi tahun ini Kamboja harus cari pasar baru karena Indonesia tidak akan impor,'" kata Prabowo menirukan pernyataan Presiden Hun Sen.
Kelimpahan produksi beras Indonesia ini menjadi sorotan utama, menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam sektor pertanian dan sekaligus berdampak signifikan pada pasar beras internasional. Hal ini merupakan prestasi yang patut diapresiasi, mengingat Kamboja selama ini menjadi salah satu pemasok beras impor Indonesia.
Produksi Beras Nasional Meningkat Signifikan
Presiden Prabowo Subianto dalam arahannya menyoroti capaian signifikan di sektor pertanian, khususnya produksi beras dan jagung. Beliau menekankan peningkatan produksi ini sebagai prestasi nyata yang tidak dapat dipungkiri. "Salah satu prestasi kita yang dirasakan yang riil dan tidak bisa dibuat-buat adalah bahwa produksi beras dan jagung kita. Saya dapat laporan sekarang, sangat berhasil. Bahkan dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu," tegas Presiden.
Sebagai contoh, Sumatera Selatan, yang biasanya memproduksi sekitar 3 juta ton beras per tahun, kini diperkirakan akan mencapai 4 juta ton. Peningkatan sebesar 25 persen ini menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam menghadapi krisis pangan global dan menjadi kebanggaan nasional.
Lebih lanjut, Presiden juga menyatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, cadangan beras pemerintah mencapai titik tertinggi. Ini menjadi bukti nyata efektivitas strategi penguatan ketahanan pangan nasional. "Jumlah tonase beras yang sekarang berada di tangan pemerintah, saya dapat laporan, adalah tertinggi sepanjang sejarah NKRI," ucapnya.
Strategi dan Koordinasi Pemerintah
Presiden Prabowo menekankan bahwa keberhasilan ini bukan semata kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan matang dan kerja keras seluruh jajaran pemerintah. Beliau juga mengapresiasi koordinasi yang kuat dalam menghadapi ancaman El Nino dan La Nina yang berpotensi mengganggu sektor pertanian.
Salah satu kunci keberhasilan dalam menghadapi kekeringan adalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada. Indonesia memiliki banyak sungai besar yang tidak pernah kering, seperti Kali Brantas, Bengawan Solo, dan Sungai Citarum. Pemerintah telah menyediakan puluhan ribu pompa air untuk membantu pengairan dari sungai-sungai tersebut ke daerah pertanian.
Pengadaan pompa air ini menjadi strategi kunci dalam memastikan ketersediaan air untuk irigasi, sehingga produksi pertanian, termasuk beras, tetap terjaga bahkan di tengah ancaman kekeringan. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan ini juga menunjukkan pentingnya perencanaan yang matang dan koordinasi yang baik antar instansi pemerintah dalam menghadapi tantangan di sektor pertanian. Dengan demikian, Indonesia dapat menghadapi krisis pangan global dan bahkan surplus produksi berasnya berdampak pada pasar internasional.
Keberhasilan ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional. Hal ini juga berdampak positif pada perekonomian negara dan hubungan diplomatik dengan negara lain, seperti yang terlihat dari dampaknya terhadap Kamboja.