BI Yakin Aset Keuangan Indonesia Tetap Menarik Investor Asing
Bank Indonesia (BI) memastikan instrumen aset keuangan Indonesia, khususnya Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tetap menarik bagi investor asing meskipun pasar saham sedang tertekan.

Bank Indonesia (BI) memberikan keyakinan kepada pasar internasional bahwa aset keuangan Indonesia, terutama Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), tetap menjadi pilihan investasi yang menarik bagi investor asing. Pernyataan ini disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebagai respons terhadap tekanan yang dialami pasar saham Indonesia baru-baru ini, ditandai dengan trading halt di Bursa Efek Indonesia (BEI) akibat penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih dari 5 persen pada Selasa, 18 Maret 2025.
Dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Maret 2025, Perry Warjiyo menegaskan, "Pesan kami kepada para investor bahwa kita pastikan aset keuangan di Indonesia khususnya SBN dan SRBI itu tetap akan menarik bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia." Ia menekankan daya saing imbal hasil (yield) SBN dan SRBI dibandingkan negara berkembang lain, termasuk India. Stabilitas nilai tukar rupiah juga dijamin BI untuk menjaga daya tarik yield differential bagi investor asing.
BI berkomitmen untuk terus mengembangkan instrumen investasi, tidak hanya SBN dan SRBI yang telah ditransaksikan di pasar sekunder rata-rata Rp16 triliun per hari, tetapi juga Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), dan instrumen lainnya. Ketidakpastian pasar keuangan global yang tinggi, penurunan imbal hasil US Treasury, dan pelemahan indeks dolar AS, telah menyebabkan pergeseran portofolio investasi global. Aliran modal bergeser dari AS ke komoditas emas, obligasi negara maju dan berkembang, sementara investasi saham masih terkonsentrasi di negara maju (kecuali AS) dan belum masuk ke emerging market.
Imbal Hasil SBN dan SRBI Tetap Kompetitif
Gubernur BI menjelaskan bahwa imbal hasil SBN dan SRBI tetap kompetitif dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Hal ini diyakini akan menarik minat investor asing untuk tetap berinvestasi di Indonesia. BI juga memastikan stabilitas nilai tukar rupiah untuk mendukung daya tarik investasi ini. Data menunjukan net inflows pada SBN dan SRBI di bulan Maret 2025 (hingga 17 Maret 2025) masing-masing mencapai 0,2 miliar dolar AS dan 0,1 miliar dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menambahkan bahwa koreksi pasar saham belakangan ini terkait dengan sentimen global. Namun, ia menekankan bahwa daya tarik fundamental SBN dan SRBI tetap kuat. Aliran modal asing ke saham memang mencatat net outflows 0,3 miliar dolar AS di bulan Maret 2025, sejalan dengan tren regional. Meskipun demikian, investasi portofolio secara keseluruhan masih mencatat net inflows 0,8 miliar dolar AS hingga 17 Maret 2025, didorong oleh inflows pada SBN dan SRBI.
Destry Damayanti optimis bahwa tekanan terhadap pasar saham bersifat sementara. Hal ini didasarkan pada fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 di kisaran 4,7-5,5 persen. BI meyakini bahwa daya tarik fundamental SBN dan SRBI akan tetap menjadi daya tarik utama bagi investor asing.
BI Perluas Instrumen Investasi
Bank Indonesia tidak hanya berfokus pada SBN dan SRBI, tetapi juga secara aktif memperluas instrumen investasi lainnya untuk menarik minat investor asing. Langkah ini bertujuan untuk diversifikasi portofolio investasi dan memperkuat posisi Indonesia di pasar keuangan global. Beberapa instrumen yang dikembangkan antara lain Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Dengan menawarkan berbagai pilihan instrumen investasi, BI berharap dapat menarik lebih banyak investor asing dan meningkatkan aliran modal asing ke Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan Indonesia di tengah ketidakpastian global.
Secara keseluruhan, BI tetap optimis terhadap prospek investasi di Indonesia. Fundamental ekonomi yang kuat dan berbagai instrumen investasi yang menarik diharapkan dapat menarik minat investor asing dan mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.