Kemenkeu: Investor Makin Percaya SBN RI di Tengah Gejolak Ekonomi Global
Kemenkeu menyatakan minat investor terhadap SBN Indonesia meningkat di tengah gejolak global, cerminkan kepercayaan pada fiskal dan ekonomi nasional.

Jakarta - Minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) Republik Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa hal ini mencerminkan kepercayaan yang tumbuh terhadap kondisi fiskal dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Febrio menjelaskan, penurunan yield SBN 10 tahun menjadi indikator utama peningkatan kepercayaan investor. Dibandingkan dengan awal tahun, yield SBN 10 tahun terus mengalami penurunan, terutama dalam satu bulan terakhir. Penurunan ini mengindikasikan bahwa investor semakin tertarik untuk berinvestasi pada obligasi pemerintah Indonesia.
“Dibandingkan awal tahun, imbal hasil (yield) SBN 10 tahun kita makin rendah. Ini banyak terjadi khususnya dalam satu bulan terakhir,” ujar Febrio dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.
Kinerja Fiskal yang Solid Dorong Kepercayaan Investor
Febrio Kacaribu meyakini bahwa kepercayaan investor terhadap instrumen utang pemerintah Indonesia didorong oleh perbaikan kinerja fiskal dan ekonomi yang berkelanjutan. Pendapatan negara menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama melalui penerimaan pajak yang terus meningkat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyampaikan bahwa kinerja penerimaan pajak telah berbalik arah setelah sempat melambat pada awal tahun. Penerimaan pajak per Februari 2025 tercatat sebesar Rp187,8 triliun, kemudian serapannya berjalan lebih cepat pada Maret dengan catatan akhir sebesar Rp322,6 triliun.
Perbaikan tersebut mendorong pendapatan negara yang terserap sebesar Rp316,9 triliun hingga Februari (sekitar Rp150 triliun secara rata-rata) kemudian melaju menjadi Rp516,1 triliun pada Maret, atau bertambah hampir Rp200 triliun dalam satu bulan.
APBN Terjaga Defisit dan Surplus Keseimbangan Primer
Belanja negara telah tersalurkan sebesar Rp620,3 triliun atau 17,1 persen dari target. Defisit tetap terjaga sesuai desain dengan realisasi Rp104,2 triliun atau 0,43 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Secara keseluruhan, meski APBN mencatatkan defisit, keseimbangan primer masih terjaga surplus dengan nilai Rp17,5 triliun.
Keseimbangan primer mencerminkan kemampuan negara mengelola utang. Dengan surplus keseimbangan primer, maka kondisi fiskal dapat dikatakan masih cukup memadai untuk mengelola pendapatan, belanja, dan utang.
Dengan perbaikan itu, menurut Febrio, Indonesia dianggap menjadi tempat investasi yang relatif aman, terutama bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan G20.
Penurunan yield SBN 10 tahun menjadi 7,00 persen secara year-to-date (ytd) pada kuartal I-2025. Sempat naik setelah pengumuman tarif resiprokal Amerika Serikat (AS), yield kembali turun sebesar 4,5 bps ke level 6,98 persen pada 22 April 2025. Mengingat hubungan terbalik antara harga SUN dan yield, maka penurunan yield menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi Pemerintah Indonesia.
Kondisi fiskal Indonesia yang solid dan stabil menjadikan Indonesia sebagai tujuan investasi yang menarik di tengah gejolak ekonomi global. Kepercayaan investor yang meningkat terhadap SBN RI menjadi bukti nyata dari keberhasilan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan menarik minat investasi.