BKHIT Maluku Perketat Pengawasan Cegah PMK di Ambon
Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Maluku meningkatkan pengawasan ternak di Ambon untuk mencegah penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), meskipun Maluku masih tergolong zona hijau.

Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Maluku meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Langkah ini dilakukan untuk mencegah masuknya virus PMK ke wilayah Maluku, khususnya di Kota Ambon. Pengawasan ketat diterapkan di berbagai pintu masuk, termasuk bandara dan pelabuhan, guna melindungi populasi ternak lokal.
Kepala BKHIT Maluku, Abdul Rohman, menjelaskan bahwa meskipun Maluku hingga saat ini masih berstatus zona hijau atau nihil kasus PMK, pihaknya tetap siaga. Potensi penyebaran penyakit melalui berbagai media pembawa tetap menjadi perhatian serius. Vaksinasi dan sosialisasi kepada peternak serta pedagang juga terus digencarkan.
"Selain melakukan vaksinasi dan sosialisasi di kalangan peternak dan pedagang, BKHIT Maluku turut memperketat pengawasan di sejumlah pintu masuk diantaranya bandara dan pelabuhan," ungkap Abdul Rohman dalam keterangannya di Ambon, Sabtu lalu.
Koordinasi intensif dilakukan dengan berbagai pihak terkait, termasuk Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), Pelindo, dan Angkasa Pura, untuk memastikan pemeriksaan hewan ternak berjalan efektif. Semua pihak berkomitmen untuk mencegah masuknya PMK ke Maluku.
Edukasi dan sosialisasi kepada peternak mengenai bahaya PMK dan cara penanganannya juga menjadi bagian penting dari strategi pencegahan. BKHIT Maluku aktif melakukan pengawasan langsung di berbagai peternakan untuk mendeteksi dini potensi kasus PMK.
"Selama ini kami juga melakukan pengawasan di peternakan-peternakan untuk menghindari dan memastikan tidak ada kasus PMK," tambah Abdul Rohman.
PMK, disebabkan oleh virus Aphthovirus, merupakan penyakit menular yang menyerang hewan mamalia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Gejalanya meliputi luka di mulut dan kuku, demam, kehilangan nafsu makan, diare, dan bahkan kematian. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau vektor seperti lalat dan kutu.
Data nasional menunjukkan lonjakan kasus PMK sejak awal Desember 2024, dengan total 8.483 kasus, 223 kematian, dan 73 pemotongan paksa di 9 provinsi. Angka ini menjadi perhatian serius pemerintah untuk mencegah penyebaran lebih luas. Strategi penanganan meliputi vaksinasi, isolasi, karantina, pengawasan lalu lintas hewan, dan peningkatan biosekuriti kandang. Pengobatan difokuskan pada terapi suportif untuk mengurangi infeksi sekunder.
Kesimpulannya, kewaspadaan dan langkah proaktif BKHIT Maluku dalam mencegah PMK di Maluku sangat penting. Pengawasan ketat di pintu masuk, edukasi kepada peternak, dan koordinasi antar instansi menjadi kunci keberhasilan upaya pencegahan ini. Meskipun Maluku masih zona hijau, kesiapsiagaan tetap diutamakan untuk melindungi sektor peternakan di daerah ini.