BRIN Tekankan Pentingnya Penjurusan di SMA untuk Persiapan Perguruan Tinggi
BRIN dan Kemendikbudristek sepakat bahwa penjurusan di SMA sangat penting untuk mempersiapkan siswa menuju pendidikan tinggi yang tepat, terutama dengan diterapkannya Tes Kemampuan Akademik (TKA).

Jakarta, 22 April 2024 - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menekankan pentingnya penjurusan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai langkah strategis dalam mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini diungkapkan menyusul rencana uji coba Tes Kemampuan Akademik (TKA) pada November mendatang yang akan turut mempertimbangkan jurusan siswa.
Kepala Pusat Riset Pendidikan BRIN, Trina Fizzanty, menjelaskan bahwa penjurusan tidak hanya sekadar pembagian siswa ke kelompok tertentu, melainkan upaya membentuk spesialisasi sejak dini. "Penjurusan penting karena seseorang tidak bisa menjadi generalis selamanya. Spesialisasi perlu dibentuk sejak pendidikan menengah untuk mempersiapkan jalur pendidikan tinggi yang tepat," tegas Trina.
Penerapan penjurusan, menurut Trina, akan memperkuat penguasaan materi dan keahlian siswa, meskipun keberhasilannya sangat bergantung pada kualitas implementasi di lapangan. Ia juga mengingatkan pentingnya keselarasan antara penjurusan dengan pelaksanaan TKA, yang akan menjadi salah satu faktor penentu dalam seleksi jalur prestasi perguruan tinggi.
Penjurusan yang Adaptif dan Fleksibel
Trina menekankan perlunya penjurusan yang adaptif dan fleksibel, sejalan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan akan kompetensi lintas disiplin. BRIN menyarankan agar kebijakan penjurusan tidak menutup kemungkinan eksplorasi minat di luar tiga jurusan utama (IPA, IPS, Bahasa), mengingat kompleksitas dan keberagaman bakat siswa di era digital. Konsistensi minat dan kesiapan akademik sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) juga perlu diperhatikan untuk memastikan siswa lebih matang saat melanjutkan studi.
Pemangku kepentingan, menurut Trina, seharusnya mulai mengarahkan siswa pada kecenderungan jurusan berdasarkan minat dan potensi sejak SMP. Hal ini penting untuk memberikan siswa waktu yang cukup dalam mempersiapkan diri menuju jenjang pendidikan berikutnya.
BRIN juga menyarankan agar program penjurusan tidak terlalu sering diubah dalam jangka pendek untuk menghindari kebingungan dan gangguan pada kesinambungan pembelajaran. Perubahan hanya dapat diterima jika terencana dan adaptif terhadap dinamika zaman. Stabilitas program sangat penting agar implementasi dan evaluasi berjalan maksimal.
Tes Kemampuan Akademik (TKA) dan Implementasi Penjurusan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, menyatakan bahwa Kemendikbudristek akan kembali memberlakukan penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA untuk mendukung pelaksanaan TKA. TKA, yang akan diujicobakan pada siswa kelas 12 pada bulan November 2024, akan berbasis mata pelajaran dan menjadi salah satu pertimbangan dalam penerimaan mahasiswa baru di perguruan tinggi.
"TKA itu nanti berbasis mata pelajaran untuk membantu para pihak, terutama murid yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Nah, karena tesnya berbasis mata pelajaran sehingga ke depan ini jurusan akan kami hidupkan lagi. Jadi, nanti akan ada lagi jurusan IPA, IPS dan bahasa," jelas Mendikdasmen Abdul Mu'ti.
Dengan demikian, penjurusan di SMA bukan hanya sekadar pembagian siswa, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan pendidikan tinggi dan dunia kerja di masa depan. Implementasi yang baik dan terencana sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.
Perubahan kurikulum dan sistem pendidikan selalu menjadi hal yang perlu dikaji secara mendalam dan berkelanjutan. BRIN dan Kemendikbudristek berharap agar kebijakan penjurusan ini dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.