Bulog Bukittinggi Serap 467 Ton Beras, Dorong Swasembada Pangan Nasional
Bulog Cabang Bukittinggi berhasil menyerap 467 ton beras dan 120 ton gabah dari petani di Sumatera Barat hingga April 2025, mendukung program swasembada pangan nasional.

Bulog Cabang Bukittinggi, Sumatera Barat, telah berhasil menyerap sebanyak 467 ton beras dari hasil panen masyarakat selama periode Januari hingga April 2025. Penyerapan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam mendukung program nasional swasembada pangan. Penyerapan dilakukan dengan harga yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu Rp12.000 per kilogram. Selain beras, Bulog juga menyerap 120 ton gabah kering panen (GKP) dengan harga pokok penjualan (HPP) Rp6.500 per kilogram.
Menurut Pimpinan Perum Bulog Cabang Bukittinggi, Romi Victa Rose, program ini sejalan dengan salah satu program prioritas pemerintahan Presiden RI, Prabowo Subianto, yaitu peningkatan hasil pertanian dan swasembada pangan. "Salah satu program dari Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto, yaitu meningkatkan hasil dari pertanian kita, yaitu swasembada pangan melalui pengadaan gabah atau beras dalam negeri," ungkap Romi dalam keterangannya di Bukittinggi, Kamis.
Romi menjelaskan bahwa potensi penyerapan beras dan gabah masih cukup besar, terutama di Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat. Penyerapan akan terus berlanjut hingga masa panen berikutnya dan selanjutnya akan dilakukan di beberapa daerah lain di Kabupaten Pasaman Barat. Sebelumnya, Bulog telah melakukan sosialisasi mengenai mekanisme penyerapan gabah kepada para petani dan pemangku kepentingan terkait.
Sukses Serap Beras dan Gabah di Pasaman
Bulog Cabang Bukittinggi menargetkan daerah-daerah penghasil beras di Sumatera Barat untuk mendukung program swasembada pangan nasional. Hingga April 2025, Bulog telah berhasil menyerap 467 ton beras dari petani dengan harga Rp12.000 per kilogram. Hal ini menunjukkan komitmen Bulog dalam membantu petani dan menstabilkan harga beras di pasaran.
Selain beras, Bulog juga menyerap 120 ton gabah kering panen (GKP) dengan harga Rp6.500 per kilogram. Penyerapan gabah ini juga bertujuan untuk meningkatkan stok cadangan beras nasional. Dengan adanya penyerapan ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor beras.
Meskipun terdapat kendala berupa harga gabah di beberapa wilayah yang berada di atas harga pembelian pemerintah, Bulog tetap berkomitmen untuk terus melakukan penyerapan di daerah-daerah yang memungkinkan. Pihak Bulog terus berupaya mencari solusi agar program ini dapat berjalan lancar dan mencapai target yang telah ditetapkan.
Tantangan dan Harapan Ke Depan
Romi Victa Rose mengakui adanya tantangan dalam program penyerapan ini, salah satunya adalah harga gabah di beberapa wilayah yang lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah. "Kita juga sudah mencari di beberapa daerah lainnya, namun di sejumlah wilayah kerja Bulog Bukittinggi banyak harga gabah yang di atas harga pembelian yang telah ditetapkan pemerintah," jelasnya. Namun, Bulog tetap optimistis dan akan terus berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut.
Program penyerapan beras dan gabah ini diharapkan dapat menambah stok cadangan beras di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor beras. Dengan stok beras yang cukup, stabilitas harga beras di pasaran dapat terjaga dan masyarakat dapat terjamin ketersediaannya. Romi berharap program ini dapat berkelanjutan dan terus didukung oleh pemerintah di masa mendatang.
Lebih lanjut, Romi berharap program ini dapat berkelanjutan dan tidak berhenti sampai di sini saja. "Dia berharap masa pemerintahan sekarang tidak berhenti begitu saja dan bisa berlanjut ke depannya." Hal ini menunjukkan pentingnya keberlanjutan program swasembada pangan untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Program ini memiliki dampak positif bagi petani, karena memberikan kepastian harga dan pasar bagi hasil panen mereka. Dengan demikian, petani termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.