Bursa Karbon Indonesia Capai Rp62,93 Miliar, Potensi Pertumbuhan Masih Besar
Nilai perdagangan bursa karbon Indonesia telah mencapai Rp62,93 miliar hingga 31 Januari 2025, dengan potensi pertumbuhan yang signifikan mengingat tingginya jumlah pendaftar dan potensi unit karbon yang ditawarkan.
![Bursa Karbon Indonesia Capai Rp62,93 Miliar, Potensi Pertumbuhan Masih Besar](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191617.164-bursa-karbon-indonesia-capai-rp6293-miliar-potensi-pertumbuhan-masih-besar-1.jpeg)
Jakarta, 11 Februari 2025 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini mengumumkan capaian signifikan dari bursa karbon Indonesia. Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 31 Januari 2025, nilai perdagangan bursa karbon telah mencapai angka yang mengesankan, yaitu Rp62,93 miliar. Hal ini menunjukkan langkah awal yang positif dalam upaya Indonesia untuk berkontribusi dalam mengatasi perubahan iklim global.
Performa Bursa Karbon: Data dan Analisis
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, memaparkan data transaksi bursa karbon dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PITJK) 2025. Tercatat 107 pengguna jasa yang telah mendapatkan izin, dengan total volume transaksi mencapai 1.181.255 tCO2e. Rincian volume transaksi ini menunjukkan 12,22 persen di pasar reguler, 62,14 persen di pasar negosiasi, 25,40 persen di pasar lelang, dan 0,24 persen di marketplace. Distribusi ini memberikan gambaran yang komprehensif mengenai dinamika pasar karbon di Indonesia.
Potensi pertumbuhan bursa karbon Indonesia masih sangat menjanjikan. Terdapat 4.154 pendaftar tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI), menunjukkan minat yang tinggi dari berbagai pihak untuk berpartisipasi dalam perdagangan karbon. Jumlah pendaftar ini mencerminkan potensi besar unit karbon yang dapat ditawarkan di masa mendatang, sehingga nilai perdagangan diperkirakan akan terus meningkat.
Ekspansi Pasar dan Kinerja Pasar Modal
Sebagai upaya untuk memperluas jangkauan dan dampaknya, bursa karbon Indonesia telah membuka perdagangan luar negeri sejak 20 Januari 2025. Hingga 31 Januari 2025, realisasi volume transaksi luar negeri mencapai 49.815 tCO2e dengan nilai transaksi Rp4,02 miliar. Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia untuk berintegrasi dalam pasar karbon global dan berkontribusi lebih besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Selain perkembangan bursa karbon, Inarno Djajadi juga menyampaikan perkembangan positif pasar modal Indonesia. Penghimpunan dana di pasar modal pada tahun 2024 melampaui target, mencapai Rp259,24 triliun dari 199 penawaran umum. Sektor keuangan mendominasi dengan kontribusi 36 persen dari total nilai penawaran umum. Per 31 Januari 2025, nilai penawaran umum mencapai Rp1,10 triliun melalui dua penawaran umum berkelanjutan, dengan 116 pipeline penawaran umum senilai Rp40,84 triliun.
Kinerja Pasar Saham dan Obligasi
Meskipun ada sentimen negatif terhadap kondisi perekonomian global, pasar saham domestik Indonesia menunjukkan kinerja yang cukup baik di awal tahun 2025. Pada 31 Januari 2025, pasar saham ditutup menguat 0,41 persen (mtd atau ytd) ke level 7.109,20. Meskipun nilai kapitalisasi pasar turun 0,14 persen (mtd atau ytd) menjadi Rp12.319 triliun, beberapa sektor seperti consumer cyclicals dan financials menunjukan penguatan yang signifikan.
Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI naik 0,77 persen (mtd atau ytd) ke level 395,70. Yield Surat Berharga Negara (SBN) rata-rata turun 1,31 bps (mtd atau ytd) per akhir Januari 2025. Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp4,65 triliun di pasar obligasi, namun mencatatkan net sell sebesar Rp0,78 triliun di pasar obligasi korporasi.
Pertumbuhan Investor dan Likuiditas Pasar
Likuiditas pasar saham menunjukkan penurunan rata-rata nilai transaksi harian dari Rp12,85 triliun di tahun 2024 menjadi Rp10,71 triliun (mtd atau ytd) di awal tahun 2025. Namun, pertumbuhan investor pasar modal tetap mengesankan. Jumlah investor telah tumbuh enam kali lipat dalam lima tahun terakhir, mencapai 14,87 juta di tahun 2024 dan 15,16 juta pada 31 Januari 2025 (pertumbuhan 1,95 persen mtd atau ytd).
Nilai asset under management (AUM) di industri pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp834,87 triliun pada 31 Januari 2025. Nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp496,75 triliun, turun 0,50 persen (ytd) dengan net redemption sebesar Rp2,59 triliun (mtd atau ytd).
OJK terus memantau volatilitas pasar dan kinerja emiten untuk memastikan stabilitas dan perkembangan yang sehat di pasar keuangan Indonesia.