Dedi Mulyadi Pidato Kepustakaan: Naskah Kuno untuk Bangun Negeri
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akan menyampaikan pidato tentang pentingnya naskah kuno Nusantara sebagai rujukan pembangunan, dalam rangka HUT ke-45 Perpustakaan Nasional.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, akan menyampaikan pidato kepustakaan yang mengangkat tema pemanfaatan naskah kuno untuk pembangunan Indonesia. Pidato ini akan disampaikan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-45 Perpustakaan Nasional (Perpusnas) pada Jumat, 16 Mei 2024. Pemilihan Dedi Mulyadi sebagai pembicara didasari atas kepeduliannya terhadap pelestarian naskah kuno dan konsistensinya sebagai pegiat budaya. Peringatan HUT Perpusnas ini akan menjadi wadah penting untuk mempromosikan dan melestarikan warisan budaya bangsa yang tak ternilai harganya.
Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, menjelaskan bahwa undangan kepada Dedi Mulyadi merupakan bentuk apresiasi atas dedikasinya terhadap pelestarian budaya Indonesia. Pidato tersebut diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih menghargai dan memanfaatkan naskah kuno sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan. Perpusnas berharap momentum ini dapat meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa.
Hal senada disampaikan oleh Pelaksana Tugas Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Ofy Sofiana. Ia menekankan pentingnya membudayakan naskah kuno Nusantara, terutama naskah-naskah yang telah terdaftar dalam Memory of The World (MoW) UNESCO. Menurutnya, pendaftaran dalam MoW merupakan langkah awal, namun sosialisasi dan pemanfaatan naskah kuno di tengah masyarakat masih perlu ditingkatkan. Digitalisasi naskah kuno juga menjadi tantangan tersendiri yang harus diatasi.
Naskah Kuno: Warisan Budaya dan Rujukan Pembangunan
Indonesia memiliki kekayaan naskah kuno yang luar biasa, diperkirakan mencapai 100.770 naskah. Namun, baru 13.318 naskah yang tersimpan di Perpusnas, dan hanya 5.725 naskah yang telah dialihmediakan. Ofy Sofiana menyoroti masih rendahnya angka digitalisasi naskah kuno ini. Padahal, digitalisasi sangat penting untuk memudahkan akses masyarakat terhadap khazanah budaya bangsa. Perpusnas sendiri telah menyediakan platform digital bernama Khastara (https://khastara.perpusnas.go.id/) untuk mengakses naskah-naskah yang telah dialihmediakan.
Tujuh naskah kuno Indonesia telah terdaftar dalam MoW UNESCO, antara lain La Galigo, Negarakertagama, Babad Diponegoro, naskah Panji, Hikayat Aceh, Sang Hyang Siksa Kandang Karesian, dan naskah-naskah Hamzah Fansuri. Perpusnas berencana mendaftarkan naskah Syekh Yusuf Al-Makassari dan Sutasoma untuk masuk dalam daftar MoW UNESCO pada periode 2025-2026. Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam melestarikan warisan budaya tak benda.
Digitalisasi naskah kuno tidak hanya sekadar menyimpan data, tetapi juga membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mempelajari dan memahami sejarah bangsa. Dengan demikian, naskah kuno dapat menjadi sumber inspirasi dan rujukan dalam membangun Indonesia ke depan. Pemanfaatan naskah kuno sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan diharapkan dapat memperkaya khazanah intelektual bangsa.
Perpusnas terus berupaya untuk meningkatkan digitalisasi dan aksesibilitas naskah kuno. Harapannya, masyarakat dapat lebih mudah mengakses dan memanfaatkan naskah-naskah tersebut untuk berbagai keperluan, termasuk pendidikan, penelitian, dan pengembangan budaya.
Pidato Dedi Mulyadi diharapkan dapat menjadi penggerak semangat untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa. Melalui pidato tersebut, diharapkan akan tercipta kesadaran kolektif akan pentingnya naskah kuno sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas dan sejarah bangsa Indonesia.
Digitalisasi dan Aksesibilitas Naskah Kuno
- Perpusnas berupaya meningkatkan digitalisasi naskah kuno.
- Platform Khastara menyediakan akses digital terhadap naskah-naskah yang telah dialihmediakan.
- Peningkatan aksesibilitas diharapkan mendorong pemanfaatan naskah kuno untuk berbagai keperluan.
Dengan adanya upaya digitalisasi dan sosialisasi yang gencar, diharapkan naskah kuno Indonesia dapat diakses dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Hal ini akan memperkaya khazanah intelektual bangsa dan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan Indonesia.