Depok Dorong Pengelolaan Sampah Berbasis Maggot, Solusi Modern Atasi Masalah Sampah
Pemkot Depok mengajak warga kelola sampah dengan maggot dan akan bangun tiga sentral produksi maggot untuk menangani sampah organik yang mencapai 50% dari total sampah kota.

Wali Kota Depok, Supian Suri, mengajak seluruh ASN dan masyarakat Depok untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan melalui program pengelolaan sampah berbasis maggot. Inisiatif ini diluncurkan sebagai solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan sampah organik yang signifikan di kota Depok. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dalam mengelola sampah secara berkelanjutan.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap semakin meningkatnya jumlah sampah organik di Depok, yang mencapai 50 persen dari total sampah. Pemkot Depok berkomitmen untuk mengoptimalkan penggunaan maggot sebagai solusi ramah lingkungan dalam mengolah sampah organik tersebut. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
"Alhamdulillah, teman-teman dari Dinas Lingkungan Hidup sudah siap mendukung program ini. Kita akan maksimalkan penggunaan maggot untuk menyelesaikan persoalan sampah organik," ujar Supian Suri di Depok, Senin. Ia juga menekankan pentingnya peran ASN sebagai contoh dalam pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri, mendorong partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat.
Pemkot Depok Bangun Tiga Sentral Produksi Maggot
Untuk mendukung program pengelolaan sampah berbasis maggot, Pemkot Depok berencana membangun tiga sentral produksi maggot di berbagai wilayah. Sentral pertama telah beroperasi di Sukmajaya, sementara dua sentral lainnya akan dibangun di Kecamatan Tapos (wilayah timur, mencakup Cimanggis) dan di Kecamatan Bojongsari dan Sawangan (wilayah barat).
Keberadaan sentral-sentral ini bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat dalam memperoleh bibit maggot. Masyarakat dapat mengambil bibit maggot dari sentral, lalu mengembalikannya setelah berkembang biak untuk produksi lanjutan. Sistem ini dirancang untuk menciptakan siklus produksi maggot yang berkelanjutan dan efisien.
"Nanti teman-teman yang belum bisa menetaskan maggot bisa mengambil bibit dari sentral. Setelah besar, bisa dikembalikan untuk produksi lanjutan. Ini upaya kita untuk memanfaatkan potensi sampah organik, yang jumlahnya mencapai 50 persen dari total sampah di Depok," jelas Supian Suri.
Kerja Sama dengan Indocement dan KLHK untuk Pengolahan Sampah
Selain program maggot, Pemkot Depok juga akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 23 April mendatang dengan Indocement dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). MoU ini terkait pengiriman Refuse-Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar alternatif dari sampah ke pabrik Indocement.
Kerja sama ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan sampah non-organik. Dengan adanya MoU ini, sampah yang telah diolah menjadi RDF dapat langsung dikirim ke Indocement, sehingga mengurangi ketergantungan pada TPA dan mendukung pemanfaatan energi alternatif. "Semoga kita bisa memproduksi sesuai kebutuhan mereka," tambah Supian Suri.
Langkah ini juga sebagai respons terhadap kebijakan nasional yang melarang penggunaan TPA konvensional. Depok harus segera beralih ke metode pengolahan sampah yang lebih berkelanjutan, mengingat keterbatasan lahan untuk memperluas TPA Cipayung. "Sudah tidak ada ruang lagi untuk memperluas TPA Cipayung. Kita harus cepat bergerak dengan strategi-strategi baru. ASN harus jadi contoh, baik dalam pengolahan sampah organik maupun dalam mendukung bank sampah dan pengelolaan residu," tegas Supian Suri.
Depok Menuju Kota Percontohan Pengelolaan Sampah Modern
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Pemkot Depok berharap dapat menjadi kota percontohan dalam pengelolaan sampah modern dan berkelanjutan. Program maggot dan kerja sama dengan Indocement dan KLHK merupakan langkah nyata dalam mewujudkan visi tersebut. Partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan program ini.
Pemkot Depok juga menekankan pentingnya peran ASN sebagai contoh dalam pengelolaan sampah, baik organik maupun non-organik. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat, diharapkan Depok dapat mengatasi permasalahan sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari.