Diplomasi Bebas-Aktif RI: Makin Relevan di Era Global yang Dinamis
Juru Bicara Presiden menekankan relevansi diplomasi bebas-aktif Indonesia di tengah dinamika global pasca-Trump dan meningkatnya peran negara berkembang, mengatakan hal ini bukan berarti Indonesia anti-Barat.
Jakarta, 6 Februari 2024 - Dinamika politik global pasca-kepemimpinan Donald Trump di Amerika Serikat dan pergeseran kekuatan di Uni Eropa semakin mengukuhkan relevansi diplomasi bebas-aktif Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden (KCP), Philips Vermonte, dalam diskusi bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Vermonte menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas-aktif memungkinkan Indonesia untuk tidak bergantung pada negara adikuasa. Indonesia kini memiliki ruang gerak yang lebih leluasa dalam menentukan arah kebijakan luar negerinya. Kebebasan ini, bukan berarti Indonesia bersikap antagonis terhadap negara manapun, termasuk Amerika Serikat.
Indonesia dan BRICS: Bukan Anti-Barat
Keikutsertaan Indonesia dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) tidak serta merta diartikan sebagai sikap anti-Barat. Vermonte menegaskan bahwa Indonesia tidak pernah menganut paham anti-Barat. Ia juga menekankan bahwa keanggotaan Indonesia di BRICS dan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) tidak perlu dipertentangkan karena kedua organisasi tersebut memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.
Amerika Serikat, menurut Vermonte, tetap menjadi negara adikuasa dengan kekuatan militer yang dominan dan sektor swasta yang berpengaruh global. Ia menolak anggapan bahwa AS sedang mengalami kemunduran, mengatakan bahwa negara-negara lain yang semakin mengejar ketertinggalan.
Kerja Sama yang Menguntungkan
Indonesia kini memiliki insentif yang lebih besar untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara berkembang. Hal ini membuka peluang kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya. Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini menghadiri KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, dan KTT APEC di Lima, Peru. Partisipasi Indonesia dalam forum internasional tersebut menunjukkan meningkatnya peran negara-negara berkembang dalam menentukan agenda global.
Vermonte berharap negara-negara maju melihat partisipasi aktif negara berkembang bukan sebagai sebuah tantangan, melainkan sebagai upaya bersama untuk mencapai kemakmuran. Ia menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antar negara untuk menghadapi tantangan global.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pernyataan Juru Bicara Presiden menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap diplomasi bebas-aktif. Dalam konteks global yang dinamis, pendekatan ini terbukti relevan dan memungkinkan Indonesia untuk memainkan peran yang lebih besar dalam panggung dunia. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai organisasi internasional menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan berkontribusi pada perdamaian dan kesejahteraan global. Indonesia, melalui diplomasi bebas-aktif, terus berupaya memperkuat posisinya di tengah perubahan lanskap geopolitik internasional.