Indonesia Gabung BRICS: Bukan Berarti Jauhi Negara Barat
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS menegaskan komitmen pada kebijakan luar negeri yang independen dan aktif, tanpa meninggalkan kerja sama dengan negara-negara Barat.
![Indonesia Gabung BRICS: Bukan Berarti Jauhi Negara Barat](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/01/31/230124.710-indonesia-gabung-brics-bukan-berarti-jauhi-negara-barat-1.jpg)
Jumat lalu, Juru Bicara Sekretariat Presiden (Setpres), Philips Vermonte, memberikan klarifikasi terkait bergabungnya Indonesia dalam BRICS. Ia menegaskan bahwa keanggotaan Indonesia dalam kelompok negara berkembang ini tidak serta-merta berarti Indonesia menjauhi kerja sama dengan negara-negara Barat.
Klarifikasi ini muncul menanggapi spekulasi seputar arah kebijakan luar negeri Indonesia pasca resmi bergabungnya BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Saat ini, BRICS beranggotakan 10 negara, termasuk Indonesia. Vermonte menekankan, " Bergabung dengan BRICS bukan berarti kita meninggalkan hubungan kita dengan negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa."
Vermonte menjelaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah berulang kali menekankan Indonesia akan menjunjung tinggi 'otonomi strategis' dalam hubungan luar negerinya. Ini berarti Indonesia akan menjalin kerja sama dengan negara mana pun berdasarkan kepentingan nasional, tanpa terikat pada blok geopolitik tertentu. "BRICS hanyalah salah satu dari sekian banyak organisasi yang di dalamnya Indonesia berpartisipasi. Di dalam BRICS, ada juga negara-negara besar yang memiliki kepentingan serupa dengan Indonesia dalam hal ekonomi dan pembangunan," tambah Vermonte.
Ia mencontohkan India, yang memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan juga merupakan anggota BRICS. Indonesia, lanjut Vermonte, tetap aktif di forum internasional lainnya, seperti G20 dan APEC. Indonesia juga telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), yang sebagian besar anggotanya adalah negara-negara Barat. "Jadi, saya rasa tidak ada alasan untuk konflik," tegasnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan bahwa Indonesia, sebagai anggota penuh BRICS, akan menjembatani kepentingan negara-negara berkembang dan kawasan Indo-Pasifik. Keikutsertaan Indonesia di BRICS juga merupakan perwujudan dari kebijakan luar negeri Indonesia yang independen dan aktif.
Dengan kata lain, bergabungnya Indonesia dalam BRICS merupakan strategi untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah internasional dan memperluas kerja sama ekonomi tanpa mengesampingkan kerja sama yang sudah terjalin dengan negara-negara Barat. Hal ini sejalan dengan prinsip 'otonomi strategis' yang dianut Indonesia dalam kebijakan luar negerinya.
Keanggotaan Indonesia dalam BRICS tidak mengubah komitmen Indonesia pada kemitraan strategisnya dengan negara-negara Barat. Indonesia secara aktif berpartisipasi dalam berbagai forum internasional untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.