DPRD DKI Tolak Alih Fungsi Lapangan Sepak Bola Kedoya: Kenapa Warga Mati-matian Mempertahankannya?
DPRD DKI Tolak Alih Fungsi Lapangan Sepak Bola Kedoya menjadi lapangan padel, memicu pertanyaan besar mengapa fasilitas publik ini begitu dipertahankan warga dan menimbulkan gejolak.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta secara tegas menolak rencana alih fungsi lapangan sepak bola pilar Kedoya, Jakarta Barat. Penolakan ini disampaikan dalam rapat bersama Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta di Gedung DPRD DKI pada Rabu, 23 Juli. Keputusan ini diambil menyusul adanya gejolak signifikan di tengah masyarakat, khususnya para pengguna setia lapangan tersebut.
Anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta, Yudha Permana, menyoroti bahwa perubahan fungsi fasilitas publik tidak seharusnya hanya didasari oleh tren atau potensi pemasukan semata. Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan dampak sosial dan kebutuhan riil masyarakat. Lapangan sepak bola Kedoya merupakan salah satu fasilitas olahraga yang sangat vital dan banyak digunakan oleh warga sekitar.
Gejolak penolakan dari masyarakat Kedoya sudah terlihat jelas dengan adanya pemasangan spanduk di lokasi lapangan. Warga menyatakan bahwa lapangan ini adalah satu-satunya fasilitas sepak bola yang tersisa di wilayah mereka, sehingga rencana alih fungsi menjadi lapangan padel dianggap mengancam ruang publik dan aktivitas olahraga yang telah lama berjalan.
Penolakan Tegas dari DPRD dan Gejolak Masyarakat
Penolakan DPRD DKI Jakarta terhadap rencana alih fungsi lapangan sepak bola Kedoya bukan tanpa alasan kuat. Anggota Komisi E DPRD DKI, Yudha Permana, mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil untuk merespons gejolak yang telah terjadi di masyarakat. Warga Kedoya, khususnya komunitas sepak bola, merasa keberatan dengan rencana perubahan fungsi lapangan yang telah lama mereka gunakan.
Yudha Permana menegaskan bahwa pemerintah provinsi tidak boleh hanya berorientasi pada pemasukan atau mengikuti tren olahraga baru, sementara fasilitas olahraga yang digemari masyarakat luas seperti sepak bola, basket, dan voli belum tergarap maksimal. Friksi di lapangan sudah mulai muncul, ditandai dengan spanduk penolakan yang dipasang oleh warga. Hal ini menunjukkan bahwa rencana tersebut tidak mendapatkan dukungan dari pihak yang paling terdampak.
DPRD meminta agar setiap rencana perubahan fasilitas publik harus melalui kajian mendalam yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, terutama warga sekitar. Tanpa kajian yang komprehensif dan partisipasi masyarakat, perubahan fungsi dapat menimbulkan permasalahan sosial yang lebih besar. Kepentingan bisnis tidak boleh mengesampingkan kebutuhan dasar masyarakat akan fasilitas olahraga yang memadai.
Pentingnya Kajian Mendalam dan Alternatif Pembangunan
Yudha Permana juga mempertanyakan apakah rencana alih fungsi lapangan sepak bola Kedoya ini merupakan penambahan fasilitas atau justru menghilangkan fasilitas yang sudah ada untuk diganti dengan yang baru. Menurutnya, hal ini perlu diperjelas agar tidak terjadi kesalahpahaman dan kerugian di pihak masyarakat. Transparansi dalam setiap kebijakan perubahan fungsi lahan publik menjadi krusial.
Ia menekankan perlunya kajian yang benar-benar final dan melibatkan warga sekitar sebelum mengambil keputusan. Kajian ini harus mencakup aspek kebutuhan masyarakat, dampak sosial, serta keberlanjutan fasilitas yang ada. Dengan melibatkan warga, pemerintah dapat memastikan bahwa setiap perubahan yang dilakukan benar-benar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan mereka.
Sebagai alternatif, Yudha menyarankan agar jika ada lahan ekstra, lebih baik dibangun fasilitas olahraga lain seperti lapangan basket, futsal, atau voli. Penambahan fasilitas akan lebih bermanfaat daripada mengubah fungsi fasilitas yang sudah ada dan sangat dibutuhkan. Pendekatan ini akan mendukung keberagaman olahraga tanpa mengorbankan satu jenis olahraga yang telah mengakar di masyarakat.
- Warga Kedoya melalui media sosial @jakedoya92 secara masif menyuarakan penolakan mereka.
- Mereka menyatakan bahwa lapangan sepak bola tersebut adalah satu-satunya yang tersisa di wilayah Kedoya.
- Penolakan ini menunjukkan kuatnya ikatan emosional dan kebutuhan fungsional warga terhadap lapangan tersebut.