DPRD Maluku Dukung Penutupan Gunung Botak, Selamatkan Lingkungan dari Bahaya Merkuri dan Sianida: Tahukah Anda Dampaknya?
DPRD Maluku mendukung penuh kebijakan penutupan Gunung Botak sementara waktu untuk menghentikan penambangan emas ilegal. Langkah ini krusial demi mencegah pencemaran merkuri dan sianida yang mengancam ekosistem dan kesehatan.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Maluku menyatakan dukungan penuh terhadap langkah tegas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku. Kebijakan ini berupa penutupan sementara aktivitas penambangan emas ilegal yang berlokasi di kawasan Gunung Botak, Kabupaten Buru.
Langkah krusial ini diambil dengan tujuan utama menghindari potensi pencemaran lingkungan. Penggunaan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida dalam proses penambangan menjadi perhatian serius. Merkuri, logam berat pengikat emas, dan sianida, pemisah emas dari bijih, sangat berpotensi merusak ekosistem.
Ketua DPRD Maluku, Benhur G. Watubun, menegaskan bahwa pencemaran merkuri adalah ancaman serius bagi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Kebijakan penutupan ini diharapkan dapat menjadi fondasi penataan ulang aktivitas pertambangan. DPRD juga secara tegas menolak penggunaan merkuri di wilayah tersebut.
Dampak Serius Merkuri dan Sianida bagi Lingkungan
Merkuri dan sianida merupakan dua zat kimia yang memiliki dampak sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Merkuri digunakan untuk mengikat butiran emas, sementara sianida berfungsi memisahkan emas dari merkuri atau bijihnya. Kedua zat ini sangat berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan yang meluas.
Pencemaran merkuri dapat terjadi akibat aktivitas pertambangan, terutama pada pertambangan emas rakyat yang kurang pengawasan. Jika limbah merkuri sampai ke laut, ekosistem dan biota laut akan tercemar. Ini meningkatkan risiko kontaminasi pada manusia melalui konsumsi ikan yang terkontaminasi.
Konsumsi ikan yang tercemar merkuri dapat menyebabkan gangguan serius pada sistem saraf pusat, ginjal, sistem imun, dan saluran pencernaan. Kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak sangat sensitif terhadap dampak negatif merkuri. Oleh karena itu, penanganan pencemaran ini menjadi sangat mendesak.
Dukungan Legislatif dan Upaya Penataan Pertambangan
Ketua DPRD Maluku, Benhur G. Watubun, menegaskan bahwa kebijakan penutupan sementara aktivitas pertambangan emas di Gunung Botak adalah langkah tepat. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya penataan menyeluruh terhadap sektor pertambangan. DPRD secara konsisten menolak penggunaan merkuri di kawasan tersebut demi kelestarian alam.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah pencemaran merkuri. Ini termasuk penyusunan kebijakan larangan penggunaan merkuri dalam pertambangan skala kecil. Upaya lain adalah mengurangi emisi merkuri secara bertahap.
Dengan perhatian serius dari Pemprov dan DPRD Maluku, diharapkan masalah pencemaran dapat ditangani secara efektif. Tujuannya adalah melindungi kesehatan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Kolaborasi ini menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut.
Ancaman Kontaminasi Ekosistem dan Pentingnya Penelitian Ilmiah
Prof. Dr. Yusthinus Thobias Male, Guru Besar Kimia Anorganik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, menyoroti bahwa merkuri telah mengkontaminasi ekosistem secara luas. Kontaminasi ini meliputi tanah, air, tumbuhan, dan hewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikasi awal kontaminasi sudah terlihat, meskipun konsentrasinya masih rendah.
Male menambahkan bahwa belum terlambat untuk melakukan penertiban dan penanganan yang tepat. Ia menekankan pentingnya melakukan penambangan dengan teknologi yang benar. Penggunaan bahan berbahaya dan beracun harus dihindari sepenuhnya untuk mencegah dampak lebih lanjut.
Selain itu, Male juga menyinggung soal sinabar, mineral bijih utama merkuri, yang ditemukan di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Permodelan arus menunjukkan bahwa limbah dari penambangan di laut dapat menyebar hingga Teluk Piru, Kaibobu, dan Kamariang. Jika tidak ditangani dengan baik, masalah ini berpotensi menjadi sangat besar dan merusak ekosistem laut secara permanen.
Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk seluruh biota di wilayah terdampak. Penataan yang baik dan penggunaan metode penambangan yang aman menjadi krusial. Ini demi mencegah penyebaran sedimen yang mengandung sinabar melalui jalur laut.