Ekonom Yakin RI Mampu Raih Peluang di Tengah Tantangan Global
Direktur Eksekutif CSIS dan Menteri Keuangan RI optimis Indonesia mampu menghadapi tantangan ekonomi global dan mencapai pertumbuhan ekonomi 5 persen pada 2025, meskipun IMF memprediksi lebih rendah.

Indonesia dihadapkan pada tantangan ekonomi global yang kompleks, namun tetap memiliki peluang untuk tumbuh. Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damuri, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sama-sama mengungkapkan optimisme mereka terhadap prospek ekonomi Indonesia. Hal ini disampaikan dalam berbagai diskusi dan pernyataan resmi, menanggapi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang direvisi oleh IMF.
Yose Rizal Damuri, dalam diskusi virtual bertajuk 'IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025-2026 Hanya 4,7%: Indonesia Bisa Apa?', menyatakan bahwa Indonesia memiliki beberapa modal untuk meraih peluang di tengah tantangan tersebut. Modal ini meliputi keterbukaan terhadap diversifikasi dan relokasi investasi, inisiatif kerja sama ASEAN dalam menghadapi dinamika global, dan program-program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG).
Namun, Yose menekankan pentingnya eksekusi yang efektif dari program-program pemerintah. "Kalau bisa berjalan dengan baik, itu bisa menciptakan permintaan. Tapi, ‘kalau’-nya ini besar sekali. Misal, MBG menjanjikan bahwa bisa meningkatkan permintaan. Tapi, ‘kalau’ ini berhasil dan bisa dijalankan dengan baik. ‘Kalau’-nya ini besar sekali sehingga kita perlu perhatikan bersama-sama agar ‘kalau’-nya bisa terpenuhi," ujarnya.
Modal Indonesia di Tengah Tantangan Global
Beberapa modal utama yang dimiliki Indonesia untuk menghadapi tantangan global dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif antara lain:
- Keterbukaan terhadap investasi: Indonesia bersikap terbuka terhadap diversifikasi dan relokasi investasi asing, sebuah strategi kunci untuk menarik modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
- Kerja sama ASEAN: Inisiatif kerja sama regional di ASEAN memungkinkan Indonesia untuk menghadapi dinamika global secara kolektif, mengurangi risiko dan meningkatkan daya tahan ekonomi.
- Program MBG: Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berpotensi meningkatkan permintaan domestik, namun keberhasilannya sangat bergantung pada implementasi yang efektif.
- Inflasi rendah: Tingkat inflasi yang rendah di Indonesia (1,03 persen yoy pada Maret 2025) memberikan ruang bagi kebijakan moneter yang lebih ekspansif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Meskipun IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,7 persen, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap optimis Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan 5 persen pada tahun 2025. Optimisme ini didasarkan pada kinerja ekonomi kuartal I-2025 yang positif dan langkah-langkah responsif pemerintah.
Respon Pemerintah terhadap Koreksi IMF
Sri Mulyani menjelaskan bahwa revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh IMF dipengaruhi oleh dinamika kebijakan tarif resiprokal yang diinisiasi oleh AS. IMF memperkirakan negara-negara yang sangat bergantung pada perdagangan internasional akan lebih terdampak. Indonesia, sebagai salah satu negara tersebut, mengalami koreksi sebesar 0,4 persen pada proyeksi pertumbuhannya.
Namun, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah responsif, termasuk bernegosiasi aktif dengan AS terkait tarif resiprokal dan menyusun langkah deregulasi untuk meningkatkan potensi pertumbuhan jangka panjang. "Langkah-langkah ini yang terus dirumuskan dan akan terus dimonitor, sehingga kepercayaan dari perekonomian dalam negeri dan pelaku ekonomi bisa dijaga atau bahkan diperkuat," ujar Menkeu.
Kesimpulannya, meskipun menghadapi tantangan ekonomi global yang signifikan, Indonesia memiliki modal dan strategi yang cukup untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang positif. Keberhasilannya sangat bergantung pada pelaksanaan efektif program-program pemerintah dan keberhasilan negosiasi internasional. Optimisme pemerintah menunjukkan komitmen untuk mengatasi tantangan dan meraih peluang yang ada.