Ekonomi Kerakyatan: Kunci Atasi Deindustrialisasi di Indonesia?
Pakar ekonomi ungkap pentingnya ekonomi kerakyatan dan pariwisata untuk mengatasi deindustrialisasi di Indonesia yang ditandai penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB.

Kabupaten Bogor, 28 Maret 2024 - Indonesia tengah menghadapi tantangan serius berupa deindustrialisasi, ditandai dengan penurunan kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Hal ini diungkapkan oleh Dr. Saepudin Muhtar, akademisi Universitas Djuanda, dalam sebuah forum diskusi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Forum tersebut membahas tantangan ekonomi nasional dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan ini yang berdampak luas pada pengangguran dan kesejahteraan masyarakat.
Data menunjukkan penurunan signifikan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia. Pada tahun 2000, kontribusi sektor ini mencapai 27 persen, namun terus menurun hingga mencapai kisaran 19 persen pada tahun 2020. "Penurunan ini tidak hanya mempengaruhi angka pengangguran yang semakin meningkat, tetapi juga berdampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat," tegas Dr. Saepudin, yang juga dikenal sebagai Gus Udin.
Namun, bukan berarti Indonesia tanpa harapan. Gus Udin menekankan pentingnya strategi alternatif untuk menghadapi tantangan ini. Ia melihat potensi besar dalam penguatan sektor pariwisata dan, yang lebih penting, ekonomi kerakyatan sebagai solusi jangka panjang dan berkelanjutan.
Penguatan Ekonomi Kerakyatan: Solusi Deindustrialisasi?
Dr. Saepudin memaparkan bahwa ekonomi kerakyatan, yang berbasis pada usaha rakyat dan pemberdayaan potensi lokal, dapat menjadi kunci untuk mengatasi deindustrialisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta mengembangkan potensi lokal, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan pada sektor manufaktur yang tengah mengalami penurunan.
Pendapat ini diperkuat oleh Dr. Endang S. Thohari, anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, yang turut hadir dalam forum diskusi tersebut. Dr. Endang menekankan pentingnya fokus pada usaha rakyat sebagai solusi konkret untuk menghadapi tantangan ekonomi saat ini. "Sebagai anggota Dewan, saya berkomitmen untuk terus mendukung program-program yang memberdayakan usaha rakyat," ujarnya.
Lebih lanjut, Dr. Endang menyoroti peran penting perempuan dalam mendorong ekonomi kerakyatan. "Perempuan memiliki potensi besar dalam menggerakkan roda ekonomi, baik melalui usaha kecil, pengelolaan sumber daya lokal, maupun inovasi yang lahir dari komunitas mereka," tambahnya. Hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan perempuan menjadi kunci penting dalam strategi pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan.
Kedua akademisi sepakat bahwa pengembangan ekonomi kerakyatan bukan hanya sekadar solusi alternatif, melainkan kunci untuk menciptakan ketahanan ekonomi nasional di tengah tantangan deindustrialisasi. Dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat, pengembangan potensi lokal, dan peningkatan daya saing UMKM, Indonesia dapat membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan inklusif.
Pariwisata sebagai Pilar Pendukung
Selain ekonomi kerakyatan, pengembangan sektor pariwisata juga menjadi bagian penting dari strategi mengatasi deindustrialisasi. Pariwisata memiliki potensi besar untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi wisata alam dan budaya yang kaya. Dengan mengoptimalkan potensi pariwisata, Indonesia dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi dampak negatif dari penurunan sektor manufaktur.
Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar terhadap pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kerakyatan. Dukungan tersebut dapat berupa akses permodalan yang lebih mudah, pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi pelaku usaha, serta infrastruktur yang memadai. Dengan dukungan yang komprehensif, sektor pariwisata dan ekonomi kerakyatan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga dapat berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
Kesimpulannya, menghadapi deindustrialisasi, Indonesia perlu beralih strategi dengan fokus pada penguatan ekonomi kerakyatan dan pengembangan sektor pariwisata. Dengan memberdayakan masyarakat, mengembangkan potensi lokal, dan meningkatkan daya saing UMKM, Indonesia dapat membangun fondasi ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata.