Fakta Mengejutkan: 18 Juta Talenta Digital Dibutuhkan, Pencegahan Stunting Jadi Kunci Indonesia Emas 2045
BKKBN menegaskan pencegahan stunting adalah fondasi strategis mencetak talenta digital unggul demi Indonesia Emas 2045. Mengapa stunting krusial bagi masa depan digital bangsa?

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menegaskan pencegahan stunting merupakan fondasi strategis dalam mempersiapkan generasi unggul Indonesia. Langkah ini krusial untuk menjawab tantangan krisis talenta digital menjelang tahun 2045. Isu gizi anak ini bukan sekadar masalah kesehatan, melainkan investasi masa depan bangsa.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Mohamad Iqbal Apriansyah, di Sleman. Hal ini diungkapkan saat membuka Orientasi Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) di Kampus Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY). Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 100 peserta, termasuk lurah dan kader Bina Keluarga Balita (BKB) dari lima kabupaten/kota di DIY.
Stunting, yang menghambat pertumbuhan fisik dan kognitif, terjadi akibat kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Periode 1.000 HPK menjadi masa emas pembentukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ini termasuk kecerdasan otak dan potensi produktivitas di masa depan.
Stunting: Ancaman Nyata Krisis Talenta Digital
Iqbal menjelaskan bahwa anak yang mengalami stunting berisiko memiliki kemampuan belajar rendah. Hal ini disebabkan oleh terganggunya perkembangan otak mereka sejak dini. Dampaknya langsung terasa pada rendahnya kemampuan anak menguasai keterampilan digital saat dewasa nanti.
BKKBN menyambut baik kebijakan nasional "No New Stunting" yang kini menjadi prioritas utama. Fokusnya bukan hanya pada penurunan prevalensi, tetapi juga pencegahan kasus baru. Pencegahan kasus baru stunting jauh lebih strategis untuk masa depan.
Langkah ini diyakini sebagai prasyarat penting menuju Indonesia Emas 2045. Terutama jika negara ingin menyiapkan tenaga kerja produktif yang cakap secara digital. Kesiapan menghadapi revolusi industri 4.0 menjadi taruhan utama.
Peran Strategis BKB dan Dukungan Pemerintah Daerah
BKKBN DIY terus mengoptimalkan peran Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai wadah penguatan kapasitas orang tua. BKB mendidik dan merawat anak sejak dini agar terhindar dari stunting. Hingga Juni 2025, tercatat 1.518 kelompok BKB aktif di DIY, dengan 677 di antaranya telah menjadi BKB Holistik Integratif.
Kepala desa dan lurah diharapkan turut mendukung keberlangsungan program ini. Lurah dapat mendorong keaktifan kegiatan BKB di wilayahnya. Salah satu caranya adalah dengan mendukung penganggaran menggunakan dana desa.
Lurah Condongcatur, Reno Candra Sangaji, berbagi praktik baik desanya. Mereka mengalokasikan dana desa untuk mendukung kegiatan BKB. Ini termasuk pelatihan pengasuhan dan pemantauan tumbuh kembang balita.
Dekan Fakultas Psikologi UMBY, Reny Yuniasanti, M.Psi., Ph.D., menegaskan krisis stunting hari ini akan menjadi krisis digital di masa depan. Jika tidak diantisipasi, Indonesia akan kesulitan memenuhi kebutuhan talenta digital. Indonesia membutuhkan 18 juta talenta digital dalam lima tahun ke depan.