Fakta Unik: Diskon Listrik dan Daya Beli Petani Jadi Kunci Penurunan Kemiskinan Bengkulu
Berbagai faktor, termasuk diskon tarif listrik dan peningkatan daya beli petani, berhasil mendorong penurunan kemiskinan Bengkulu, menunjukkan tren positif di provinsi tersebut.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mengumumkan adanya penurunan angka kemiskinan yang signifikan di wilayah tersebut. Penurunan ini merupakan hasil dari kombinasi beberapa faktor ekonomi dan kebijakan pemerintah yang saling mendukung. Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Win Rizal, menjelaskan bahwa tren positif ini diamati selama periode September 2024 hingga Maret 2025.
Faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap perbaikan ini mencakup peningkatan daya beli petani dan implementasi diskon tarif listrik. Data terbaru menunjukkan adanya perbaikan kondisi ekonomi yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Ini memberikan gambaran optimis mengenai upaya pengentasan kemiskinan di Provinsi Bengkulu.
Win Rizal menyampaikan bahwa sejumlah indikator ekonomi makro dan mikro menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan. Kondisi ini diharapkan dapat terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bengkulu secara menyeluruh. Laporan BPS ini menjadi informasi penting bagi evaluasi kebijakan pembangunan daerah.
Peningkatan Daya Beli Petani dan Harga Komoditas
Daya beli petani di perdesaan Bengkulu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Nilai Tukar Petani (NTP) pada Maret 2025 tercatat sebesar 208,01, meningkat tajam dibandingkan angka 190,15 pada September 2024. Begitu pula dengan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) yang mencapai 207,68 pada Maret 2025, naik dari 188,58 pada periode sebelumnya. Peningkatan ini mencerminkan kondisi ekonomi yang lebih baik bagi para petani di provinsi tersebut.
Selain itu, sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu juga mengalami peningkatan harga komoditas pertanian. Komoditas utama seperti sawit, karet, dan kelapa menunjukkan tren harga yang positif. Kenaikan harga ini sangat menopang perekonomian masyarakat, terutama di sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi perdesaan. Hal ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan pendapatan rumah tangga dan mengurangi tekanan ekonomi.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peran vital dalam upaya penurunan kemiskinan di Bengkulu. Stabilitas dan peningkatan harga komoditas memberikan keuntungan langsung bagi para petani. Dengan demikian, peningkatan daya beli petani menjadi salah satu pilar utama dalam perbaikan kesejahteraan masyarakat di Bengkulu.
Dukungan Pemerintah dan Stabilitas Ekonomi
Pemerintah Pusat turut berperan aktif dalam upaya penurunan kemiskinan melalui kebijakan strategis. Salah satunya adalah pemberlakuan diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada bulan Januari hingga Februari 2025. Kebijakan ini sangat efektif dalam meringankan beban pengeluaran rumah tangga, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah, serta meningkatkan daya beli mereka. Diskon listrik ini menjadi stimulus penting bagi ekonomi rumah tangga.
Selain itu, progres penyaluran bantuan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) juga telah direalisasikan secara maksimal. Penyaluran bantuan ini dilakukan di seluruh kabupaten/kota pada Januari-Februari 2025, memberikan dukungan finansial langsung kepada keluarga penerima manfaat. Efektivitas penyaluran ini dinilai positif dalam upaya menekan tingkat kemiskinan di Bengkulu.
Stabilitas harga barang pokok juga menjadi faktor penting yang mendukung penurunan kemiskinan Bengkulu. Pada September 2024, inflasi tercatat 1,48 persen secara tahunan, dan bahkan terjadi deflasi sebesar 0,22 persen secara tahunan pada Maret 2025. Kondisi harga yang terkendali ini menjaga daya beli masyarakat. Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bengkulu juga sangat baik, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang hanya 3,24 persen pada Februari 2025, terendah di Sumatera. Meskipun sedikit lebih tinggi dari tahun lalu, kenaikan TPT ini tidak menyebabkan peningkatan penduduk miskin, didukung oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 71,50 persen yang merupakan tertinggi di Sumatera.