Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Mandailing Natal, Sumatera Utara: Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa bumi tektonik M5,3 terjadi di Pantai Barat Daya Mandailing Natal, Sumatera Utara, akibat aktivitas deformasi batuan dalam lempeng; BMKG memastikan gempa tidak berpotensi tsunami.

Gempa bumi tektonik dengan magnitudo 5,3 mengguncang Pantai Barat Daya Mandailing Natal (Madina), Sumatera Utara, pada Senin, 12 Mei 2024, pukul 10.09.39 WIB. Gempa ini terjadi di laut, sekitar 59 kilometer arah Barat Daya Padang Sidempuan, dengan kedalaman hiposenter mencapai 110 kilometer. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut disebabkan oleh aktivitas deformasi batuan dalam lempeng, dan tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Episenter gempa berada pada koordinat 1,08° LU; 98,82° BT. Getaran gempa dirasakan di beberapa wilayah, termasuk Pinangsori dengan intensitas III MMI (getaran terasa nyata dalam rumah, seperti ada truk yang berlalu) dan Sibolga dengan intensitas II MMI (getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan bergoyang). "Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser turun," jelas Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Dr. Daryono.
Meskipun getaran gempa terasa di beberapa daerah, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan atau korban jiwa. BMKG menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi. Masyarakat juga diimbau untuk memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal masing-masing untuk memastikan keamanan dan kestabilannya sebelum kembali ke dalam rumah, guna menghindari potensi bahaya akibat kerusakan yang mungkin terjadi.
Analisis Gempa dan Imbauan BMKG
BMKG menjelaskan bahwa gempa bumi di Madina merupakan jenis gempa bumi menengah akibat aktivitas deformasi batuan dalam lempeng. Hal ini menunjukkan bahwa gempa tersebut terjadi di dalam lempeng bumi, bukan di zona subduksi. Kedalaman gempa yang cukup signifikan (110 km) juga turut memengaruhi intensitas guncangan yang dirasakan di permukaan.
Tidak adanya potensi tsunami merupakan kabar baik bagi masyarakat pesisir. Hasil pemodelan yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa energi yang dilepaskan oleh gempa tidak cukup besar untuk memicu gelombang tsunami. Namun, BMKG tetap menekankan pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi bencana alam lainnya.
Dr. Daryono juga memberikan imbauan agar masyarakat memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal mereka. "Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," pesannya. Imbauan ini penting untuk mencegah potensi kecelakaan atau cedera akibat kerusakan bangunan pasca gempa.
Mitigasi Risiko Gempa Bumi
Kejadian gempa bumi di Madina ini kembali mengingatkan kita akan pentingnya mitigasi risiko bencana. Masyarakat di daerah rawan gempa perlu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang langkah-langkah kesiapsiagaan, seperti memperkuat struktur bangunan, menyediakan jalur evakuasi yang aman, dan mengikuti pelatihan penanggulangan bencana.
Selain itu, peran pemerintah dan instansi terkait dalam penyediaan informasi dan edukasi kepada masyarakat sangat penting. Sosialisasi mengenai mitigasi bencana, termasuk cara menghadapi gempa bumi dan tsunami, perlu dilakukan secara berkala dan terstruktur agar masyarakat siap menghadapi potensi bencana di masa mendatang. Pentingnya membangun infrastruktur yang tahan gempa juga harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan di daerah rawan gempa.
Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan, kita dapat meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan oleh gempa bumi dan bencana alam lainnya. Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua untuk selalu waspada dan siap menghadapi potensi bencana.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Hindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa. Tetap waspada dan utamakan keselamatan.