Gibran Tekankan Kemandirian Pangan: Strategi Hadapi Tantangan Global
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya kemandirian pangan Indonesia di tengah tantangan global seperti perubahan iklim dan geopolitik, mengajak generasi muda berinovasi untuk ketahanan pangan nasional.

Jakarta, 10 Mei 2024 - Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, dalam sebuah video monolog di akun Gibran TV, Sabtu lalu, menekankan urgensi kemandirian pangan Indonesia. Pernyataan ini disampaikan di tengah meningkatnya kompleksitas tantangan global yang mengancam ketahanan pangan dunia. Gibran memaparkan sejumlah strategi pemerintah untuk mencapai kemandirian pangan, seraya mengajak generasi muda berperan aktif dalam inovasi dan pengembangan sektor pertanian.
Dalam video tersebut, Gibran menjelaskan bahwa proyeksi penduduk dunia mencapai 9,4 miliar jiwa pada 2045 akan meningkatkan kebutuhan pangan secara signifikan. Namun, kemampuan produksi dan distribusi pangan global terancam oleh berbagai faktor, termasuk memanasnya situasi geopolitik, konflik berkepanjangan, ketidakpastian kebijakan global, dan dampak perubahan iklim. Beliau juga menyoroti dampak perubahan iklim berupa kekeringan ekstrem, banjir, dan longsor yang merusak lahan pertanian dan mengancam ternak, serta pembatasan ekspor pangan oleh 11 negara yang berpotensi bertambah.
Menyikapi tantangan tersebut, Gibran menegaskan bahwa kemandirian pangan merupakan kunci keberlanjutan bangsa. Indonesia, menurutnya, memiliki potensi besar dengan 28 juta petani yang didukung oleh kekayaan alam dan kesuburan tanah. Potensi ini menghasilkan komoditas unggulan seperti padi, sawit, kakao, kopi, jagung, tebu, dan berbagai buah-buahan tropis. Data menunjukkan stok beras nasional mencapai lebih dari 3,1 juta ton, tertinggi dalam 23 tahun terakhir, dan serapan beras dari petani mencapai 719 ribu ton pada Januari-Maret, tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Strategi Pemerintah Menuju Kemandirian Pangan
Pemerintah, kata Gibran, gencar membangun infrastruktur pendukung, termasuk 53 bendungan baru (45 di antaranya untuk irigasi), sehingga total 218 bendungan bermanfaat untuk irigasi. "Memang dibutuhkan pembangunan dan perbaikan irigasi baik primer, sekunder, maupun tersier. Oleh sebab itu tahun ini telah dialokasikan pembangunan dan perbaikan irigasi untuk mengairi 2 juta hektare lahan pertanian," ujar Gibran. Selain itu, telah dibangun 366 ribu kilometer jalan produksi di desa-desa melalui dana desa untuk mempermudah distribusi hasil pertanian.
Pengembangan ekosistem pertanian juga menjadi fokus, termasuk pemanfaatan teknologi untuk peningkatan produksi dan efisiensi distribusi, serta riset dan pengembangan bibit unggul. Fasilitas pergudangan modern juga dibangun untuk menjaga kualitas hasil panen. Hilirisasi pertanian, seperti pengolahan tebu menjadi bioetanol dan bioavtur, juga dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah dan mendukung ketahanan energi.
Gibran menekankan peran generasi muda dalam inovasi dan terobosan di sektor pertanian. "Di sinilah peran anak-anak muda, di sinilah kontribusi generasi muda yang penuh inovasi, berani membuat terobosan, cepat belajar, dan penuh rasa keingintahuan," katanya. Pemerintah juga menyederhanakan distribusi pupuk, memangkas 145 regulasi untuk memudahkan akses pupuk bersubsidi bagi lebih dari 14,9 juta petani. Pemberantasan mafia pangan dan peningkatan pendampingan petani juga terus digencarkan.
Sebagai strategi jangka panjang, pemerintah meluncurkan Gerakan Indonesia Menanam untuk mendorong partisipasi masyarakat. Kolaborasi dengan swasta, akademisi, dan masyarakat dianggap krusial untuk menciptakan sistem pangan berkelanjutan. Gibran menutup pidatonya dengan seruan, "Oleh sebab itu, mari bersama bahu-membahu mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan. Menciptakan masa depan pangan yang lebih baik dan kuat untuk Indonesia. Dari kita, oleh kita, untuk kita semua sebagai bangsa yang berdaulat."
Tantangan dan Solusi Kemandirian Pangan Indonesia
- Perubahan Iklim: Bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan longsor merusak lahan pertanian.
- Geopolitik Global: Ketidakpastian politik internasional dan konflik menyebabkan gangguan pada rantai pasokan pangan.
- Pembatasan Ekspor: Sejumlah negara membatasi ekspor pangan, mengancam ketersediaan pangan global.
- Infrastruktur: Perbaikan infrastruktur irigasi dan akses jalan masih dibutuhkan untuk menunjang distribusi hasil pertanian.
- Teknologi: Pemanfaatan teknologi pertanian modern diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pemerintah Indonesia berupaya mengatasi tantangan tersebut melalui berbagai strategi, termasuk pembangunan infrastruktur, pengembangan teknologi, dan pemberdayaan petani. Kolaborasi antar berbagai pihak, termasuk swasta dan masyarakat, menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan kemandirian pangan.
Kemandirian pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi aktif masyarakat, inovasi teknologi, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia di masa depan.