Harga Kakao Sigi Tembus Rp165 Ribu per Kg, Berkah bagi Petani!
Harga kakao di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, meningkat signifikan hingga Rp165 ribu per kilogram, bahkan mencapai Rp200 ribu, berkat penurunan produksi kakao global dan memberikan dampak positif bagi perekonomian petani setempat.

Harga kakao di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, melonjak hingga Rp165 ribu per kilogram! Kabar gembira ini disampaikan oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Sigi pada Senin, 20 Januari 2024. Lonjakan harga ini bahkan mencapai Rp200 ribu per kilogram di beberapa wilayah. Kenaikan signifikan ini tentu menjadi angin segar bagi para petani kakao di daerah tersebut.
Menurut Kepala Dinas TPHP Kabupaten Sigi, Rahmat Iqbal, peningkatan harga ini disebabkan oleh penurunan produksi kakao di sejumlah negara produsen utama. Kondisi ini membuat permintaan kakao meningkat drastis, sehingga berdampak pada kenaikan harga jual di pasaran. "Terkait dengan perkembangan harga komoditas kakao di Kabupaten Sigi ini memang beberapa waktu terakhir mengalami peningkatan cukup signifikan," ungkap Iqbal saat diwawancarai di Kalukubula.
Bayangkan, sebelumnya harga kakao di Sigi hanya sekitar Rp35 ribu per kilogram. Kenaikan hingga lebih dari empat kali lipat ini jelas berdampak positif bagi perekonomian petani. Pendapatan mereka meningkat pesat, memberikan dampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sigi. Hal ini menunjukkan dampak nyata dari fluktuasi pasar internasional terhadap komoditas pertanian lokal.
Namun, di balik kabar gembira ini, terdapat tantangan yang perlu dihadapi. Sebagian besar tanaman kakao di Sigi sudah tua. Berdasarkan data Dinas TPHP, dari total luas kebun kakao 27.885 hektare, hampir 50 persennya merupakan tanaman kakao tua. Kondisi ini tentu mempengaruhi produktivitas dan kualitas kakao yang dihasilkan.
Pemerintah Kabupaten Sigi menyadari tantangan ini dan tengah berupaya melakukan peremajaan tanaman kakao. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha perkebunan kakao di masa depan. "Di Sigi banyak tanaman tua sehingga butuh intervensi untuk melakukan kegiatan peremajaan kebun kakao," jelas Iqbal. Upaya ini termasuk penyediaan bibit kakao berkualitas dan dukungan kepada petani untuk melakukan peremajaan kebun mereka.
Langkah konkret yang diambil pemerintah daerah antara lain, berupaya meningkatkan ketersediaan bibit kakao. Pemkab Sigi mendorong masyarakat untuk membuat penangkaran bibit kakao di tingkat desa, agar kebutuhan bibit bisa terpenuhi secara mandiri. Dukungan dari pemerintah provinsi Sulawesi Tengah berupa 100 ribu bibit kakao pada tahun 2024 juga diharapkan dapat mempercepat proses peremajaan ini. Selain itu, Pemkab Sigi juga akan terus mengajukan permohonan bantuan bibit kakao kepada Kementerian Pertanian.
Perlu jutaan bibit kakao untuk meremajakan 50 persen kebun kakao yang sudah tua di Kabupaten Sigi. Ini menjadi tantangan besar yang membutuhkan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan berbagai pihak terkait. Dengan upaya bersama, diharapkan kedepannya, Kabupaten Sigi dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi kakao, serta kesejahteraan para petani kakao.