Harga Kelapa di Simeulue Melonjak Tajam: Rp9.000 per Butir!
Harga kelapa tua di Simeulue, Aceh, meroket hingga Rp9.000 per butir akibat pasokan minim dan pergeseran preferensi petani ke kelapa muda, berdampak pada beban konsumen.
Harga kelapa tua di Kabupaten Simeulue, Aceh, tiba-tiba naik drastis! Per 20 Januari 2024, harga kelapa di tingkat pedagang eceran mencapai Rp9.000 per butir. Lonjakan ini mencapai 125 persen dari harga sebelumnya yang hanya Rp4.000. Kenaikan ini tentu membuat warga Simeulue, khususnya ibu rumah tangga, harus berpikir ulang saat membeli kelapa.
Sabri, seorang pedagang kelapa di Pasar Sinabang, Simeulue Timur, membenarkan kenaikan harga tersebut. "Kenaikannya terjadi sejak awal tahun," ujarnya. Ia mengaku membeli kelapa dari pengepul dengan harga Rp6.000 hingga Rp8.000 per butir, lalu menjualnya kembali dengan harga Rp9.000. Harga tersebut belum termasuk biaya parut atau kukur, sehingga bisa mencapai Rp10.000 per butir.
Nurliana, pedagang kelapa lainnya, mengungkapkan dugaan penyebab lonjakan harga. "Informasinya, kenaikan harga ini karena pasokan kelapa tua berkurang," kata Nurliana. Petani, katanya, lebih memilih menjual kelapa muda. Situasi ini jelas membebani konsumen.
Kekurangan Pasokan dan Kebutuhan Tinggi
Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Simeulue, Hasrat Abubakar, menjelaskan lebih lanjut. Kabupaten Simeulue membutuhkan sekitar 80.000 ton kelapa per tahun untuk memenuhi kebutuhan industri dan rumah tangga. Namun, produksi lokal hanya mencapai 5.000 hingga 6.000 ton per tahun. Defisit ini memaksa Simeulue mengimpor kelapa dari daratan Sumatera.
Lokasi Simeulue dan Profilnya
Sebagai informasi, Kabupaten Simeulue merupakan kabupaten kepulauan terluar Aceh, terletak di Samudra Hindia sekitar 180 mil laut dari pesisir barat Sumatera. Berdiri sejak pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat pada 1999, Simeulue terdiri dari 10 kecamatan, 138 desa, dan dihuni sekitar 96.000 jiwa.
Kesimpulan
Kenaikan harga kelapa di Simeulue menjadi sorotan. Minimnya pasokan kelapa tua akibat pergeseran preferensi petani dan tingginya kebutuhan kelapa di daerah ini menjadi faktor utama. Situasi ini perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah setempat untuk mencari solusi jangka panjang agar harga kelapa tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat.