Hasil Laut Dongkrak Pengiriman Kargo di Bandara Rendani Manokwari
Produk hasil laut menjadi penggerak utama peningkatan pengiriman kargo dari Bandara Rendani Manokwari selama periode mudik Lebaran 2025, mencapai 75.864 kg.

Bandara Rendani di Manokwari, Papua Barat, mengalami peningkatan signifikan dalam pengiriman kargo selama periode mudik Lebaran 2025. Hal ini terutama didorong oleh tingginya permintaan produk hasil laut, seperti ikan, kepiting, udang, dan cumi-cumi, yang sebagian besar dikirim ke Jakarta. Peningkatan ini terjadi meskipun tanpa dukungan pesawat kargo khusus, yang sempat beroperasi namun kemudian menghentikan layanannya di Manokwari.
Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kelas II Rendani, Herman Sujito, mengungkapkan bahwa 90 persen dari total 75.864 kg kargo yang dikirimkan selama periode 21 Maret hingga 11 April 2025 merupakan produk hasil laut. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 27 persen dibandingkan periode mudik Lebaran tahun sebelumnya yang hanya mencapai 59.747 kg. Sujito menambahkan, "Sebagian besar atau 90 persen barang yang dikirimkan dari Bandara Rendani Manokwari ke luar daerah merupakan produk hasil laut."
Peningkatan pengiriman kargo ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal Papua Barat. Namun, di sisi lain, absennya pesawat kargo khusus juga menimbulkan beberapa kendala. Salah satu kendala yang cukup signifikan adalah kesulitan mendapatkan pasokan anak ayam baru menetas (DOC) dari Jayapura, karena pesawat yang beroperasi di Manokwari saat ini, yaitu Airbus, tidak didesain untuk mengangkut makhluk hidup, sehingga meningkatkan risiko kematian DOC selama pengiriman.
Produk Hasil Laut sebagai Mesin Penggerak
Dominasi produk hasil laut dalam pengiriman kargo dari Bandara Rendani menunjukkan potensi besar sektor perikanan di Papua Barat. Tingginya permintaan produk-produk tersebut dari luar daerah, khususnya Jakarta, menjadi bukti daya saing komoditas laut dari Manokwari. Hal ini juga menunjukkan pentingnya infrastruktur pendukung, seperti fasilitas pengolahan dan penyimpanan hasil laut yang memadai, untuk mendukung pertumbuhan sektor ini.
Peningkatan volume pengiriman kargo hasil laut juga berdampak pada pendapatan daerah dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Para nelayan dan pelaku usaha di bidang perikanan dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Pemerintah daerah diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini untuk terus mengembangkan sektor perikanan dan meningkatkan kualitas produk hasil laut agar lebih kompetitif di pasar nasional.
Meskipun pengiriman kargo mengalami peningkatan yang signifikan, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah keterbatasan akses terhadap pesawat kargo khusus, yang berdampak pada kesulitan mendapatkan pasokan DOC. Hal ini menunjukkan perlunya kerjasama antara pemerintah, maskapai penerbangan, dan pelaku usaha untuk mencari solusi yang tepat agar sektor peternakan di Manokwari juga dapat berkembang.
Kendala dan Tantangan ke Depan
Ketidakhadiran pesawat kargo khusus di Bandara Rendani menimbulkan berbagai kendala, terutama dalam pengiriman komoditas yang membutuhkan penanganan khusus seperti DOC. Herman Sujito menjelaskan bahwa maskapai penerbangan yang sebelumnya mengoperasikan pesawat kargo di Manokwari terpaksa menghentikan operasinya karena kekurangan armada. "Maskapai tersebut tidak melayani lagi rute Manokwari karena kekurangan armada. Pesawat kargo yang biasa melayani penerbangan ke sini informasinya masuk hanggar untuk perbaikan," ujarnya.
Kondisi ini memaksa pengiriman DOC dilakukan melalui pesawat penumpang, yang meningkatkan risiko kematian DOC selama perjalanan. Hal ini tentu saja merugikan para peternak ayam di Manokwari yang membutuhkan pasokan DOC secara rutin. Oleh karena itu, perlu adanya solusi jangka panjang untuk mengatasi permasalahan ini, misalnya dengan mendorong maskapai penerbangan untuk kembali membuka rute kargo ke Manokwari atau mencari alternatif moda transportasi lain yang lebih aman dan efisien.
Selain itu, peningkatan signifikan kargo yang datang ke Manokwari, mencapai 153 persen atau 63.223 Kg dibandingkan tahun sebelumnya, juga perlu diimbangi dengan peningkatan kapasitas infrastruktur bandara. Hal ini penting untuk memastikan kelancaran arus barang dan mencegah terjadinya penumpukan kargo yang dapat mengganggu operasional bandara.
Puncak kargo datang terjadi pada 26 Maret 2025 (7.699 Kg), sementara puncak kargo berangkat pada 21 Maret 2025 (10.120 Kg). Data ini menunjukkan fluktuasi yang perlu diantisipasi untuk pengelolaan bandara yang lebih efektif.
Ke depan, diperlukan strategi yang komprehensif untuk mengembangkan sektor perikanan dan logistik di Manokwari. Kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha, dan maskapai penerbangan sangat penting untuk memastikan kelancaran arus barang dan pertumbuhan ekonomi daerah.