HPN Riau: Jurnalisme di Era Digital, Tantangan dan Peluangnya
Sarasehan Nasional Media Massa di HPN Riau membahas tantangan jurnalisme dalam menghadapi disrupsi digital, menekankan pentingnya informasi berkualitas dan peran media dalam demokrasi.
![HPN Riau: Jurnalisme di Era Digital, Tantangan dan Peluangnya](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/08/190247.275-hpn-riau-jurnalisme-di-era-digital-tantangan-dan-peluangnya-1.jpg)
Pekanbaru, 8 Februari 2024 - Hari Pers Nasional (HPN) di Riau menggelar Sarasehan Nasional Media Massa dengan tema 'Preservasi Jurnalisme sebagai Pilar Demokrasi Digital'. Acara yang berlangsung Sabtu lalu di sebuah hotel di Pekanbaru ini membahas tantangan dan peluang jurnalisme di tengah disrupsi digital yang semakin cepat.
Para pembicara ternama hadir, termasuk Ketua Dewan Pengawas TVRI, Agus Sudibyo; Sekretaris Dewan Pakar PWI Pusat, Nurjaman; Ketua Dewan Pakar PWI Pusat, Mochtar Dhimam Abror; dan Ketua PWI Jawa Barat, Hilman Hidayat. Diskusi dipandu oleh Ketua Dewan Kehormatan PWI Jawa Timur, Djoko Tetuko.
Informasi Berkualitas di Era Digital
Agus Sudibyo menekankan kebutuhan masyarakat akan informasi berkualitas dan bertanggung jawab. Meskipun media sosial mendominasi, ia menegaskan bahwa media tradisional tetap penting dalam menyediakan informasi akurat dan terverifikasi. "Media sosial tidak bisa sepenuhnya menggantikan kebutuhan masyarakat akan informasi yang mendalam dan berbasis fakta. Secara global, ada kekhawatiran media sosial justru memperburuk perpecahan masyarakat," kata Agus. Ia juga menyoroti pentingnya media memanfaatkan media sosial sebagai saluran distribusi konten.
Nurjaman menambahkan bahwa 80 persen sumber berita konvensional kini berasal dari media sosial. Banyak instansi juga membuat konten berita sendiri melalui portal dan media sosial. Dengan kecanggihan Artificial Intelligence (AI), pembuatan narasi atau video berita semakin mudah. "Peran media mainstream ke depannya mungkin hanya berfokus pada verifikasi konten dan pertanggungjawaban terhadap Dewan Pers," ujarnya.
Jurnalisme dan Demokrasi Digital
Dhimam Abror menekankan pentingnya preservasi jurnalisme untuk memperkuat demokrasi. Ruang digital, menurutnya, sangat strategis dalam berpartisipasi dalam demokrasi, terutama dalam memberikan informasi yang mendorong masyarakat berpikir kritis. "Ruang digital memungkinkan masyarakat berpikir kritis, terutama dalam ranah politik. Tetapi, kita harus memastikan kualitas informasi yang beredar tetap terjaga," ungkap Dhimam.
Hilman Hidayat, selain menyampaikan kekhawatirannya terhadap masa depan jurnalisme di era digital, juga menyoroti tantangan serangan siber yang dihadapi banyak media daring. "Tugas kita merawat marwah jurnalisme. Apakah jurnalisme di era digital masih cerah atau makin suram? Data yang saya kumpulkan menunjukkan tren yang kurang menggembirakan," kata Hilman.
Tantangan dan Solusi
Sarasehan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh pers nasional seperti Tribuana Said, Ilham Bintang, Atal S. Depari, Asro Kamal Rokan, Dar Edi Yoga, dan Musrifah. Diskusi menghasilkan berbagai ide dan solusi untuk menjaga agar jurnalisme tetap menjadi pilar demokrasi yang kuat di era disrupsi digital. Tantangan yang dihadapi cukup kompleks, mulai dari verifikasi informasi, serangan siber, hingga persaingan dengan konten yang dihasilkan oleh AI. Namun, diskusi ini memberikan optimisme bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, jurnalisme berkualitas dapat tetap bertahan dan berperan penting dalam kehidupan demokrasi.
Kesimpulannya, HPN di Riau berhasil menyoroti isu krusial tentang masa depan jurnalisme di era digital. Diskusi yang melibatkan para pakar dan praktisi media ini memberikan wawasan berharga dan membuka jalan untuk strategi adaptif bagi jurnalisme Indonesia agar tetap relevan dan terpercaya.