HPN di Era Digital: Tantangan Literasi dan Konvergensi Media
Hari Pers Nasional (HPN) 2025 perlu fokus pada literasi digital dan konvergensi media untuk melawan penyebaran informasi palsu dan memanfaatkan peluang di era digital.
![HPN di Era Digital: Tantangan Literasi dan Konvergensi Media](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/09/090026.651-hpn-di-era-digital-tantangan-literasi-dan-konvergensi-media-1.jpg)
Era digital telah mengubah lanskap informasi, menghadirkan tantangan baru bagi dunia pers. Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menyinggung fenomena "kebenaran baru" yang ditentukan oleh framing, bukan fakta. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah pidato wisuda di Al-Zaytun, Jawa Barat, 20 Mei 2023. Fenomena ini menjadi perhatian utama, khususnya dalam konteks Hari Pers Nasional (HPN) 2025.
Kebenaran Lama vs. Kebenaran Baru
Di era digital, kebenaran yang berbasis fakta—yang selama ini menjadi landasan jurnalisme—tertantang oleh penyebaran informasi palsu, hoaks, dan framing. Keunggulan jurnalisme berbasis fakta, yaitu akurasi, etika, dan dokumentasi, menjadi sangat penting untuk ditekankan. Media digital, dengan kemudahan editing dan take down konten, membuat dokumentasi fakta menjadi lebih krusial daripada sebelumnya. Fakta historis, misalnya, tetap menjadi bukti kebenaran yang tak terbantahkan.
Namun, teknologi digital bukannya harus ditinggalkan. Justru, tantangan ini membuka peluang untuk mengkampanyekan literasi digital dan mendorong inovasi konvergensi media. Literasi digital sangat penting karena dunia digital penuh dengan jebakan, seperti judi daring yang dirancang untuk membuat penjudi kecanduan. Buku "Kesalehan Digital" (2023) merinci 12 jebakan digital, termasuk di ranah politik dan agama.
Media Instan dan Pergeseran Konsumsi Informasi
Munculnya platform digital awalnya menimbulkan kekhawatiran bagi media massa tradisional. Pergeseran konsumsi informasi dari media cetak dan siaran ke gadget menyebabkan penurunan oplah dan pemirsa. Namun, pergeseran ini tidak serta-merta mengalahkan kualitas konten. Media berbasis fakta masih memiliki keunggulan dalam hal akurasi dan etika.
Konvergensi media menjadi kunci. Media massa perlu beradaptasi dengan platform digital, menjadi platform di perangkat seluler, dan memanfaatkan media sosial seperti YouTube untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Meskipun demikian, kaidah jurnalistik tetap harus dipegang teguh. Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat tren peningkatan minat masyarakat terhadap informasi yang akurat dan terpercaya, yang memberikan peluang bagi media daring yang memprioritaskan akurasi.
Tantangan dan Peluang di Era Digital
Tantangan bisnis bagi media daring meliputi akses gratis dan rendahnya pendapatan iklan, persaingan dengan ribuan media daring lainnya, dan ketergantungan pada pendanaan pemerintah. Namun, tantangan ini juga menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas, mencegah plagiarisme dan hoaks, serta memperkuat literasi digital. Kerja sama dengan platform digital seperti Google dan regulasi pemerintah diperlukan untuk mengatur "media instan" dan memastikan informasi yang disebarluaskan akurat dan bertanggung jawab.
Literasi digital menjadi kunci utama dalam menghadapi era informasi yang serba cepat dan kompleks ini. Masyarakat, terutama generasi non-digital, perlu mendapatkan edukasi untuk memilah informasi yang benar dan menghindari jebakan digital. Kampanye literasi digital dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti rubrik "Cek Fakta" dan kajian "Kesalehan Digital".
Kesimpulannya, HPN 2025 perlu menjadi momentum untuk memperkuat komitmen terhadap jurnalisme berbasis fakta, mendorong konvergensi media yang inovatif, dan mengkampanyekan literasi digital secara masif. Tantangan di era digital ini harus dihadapi dengan strategi yang tepat, dengan menekankan kualitas konten, kerja sama antar-pihak, dan regulasi yang mendukung.