Hari Pers Nasional: Disrupsi Digital dan Tantangan Jurnalisme Indonesia
Peringatan Hari Pers Nasional di Pekanbaru membahas tantangan dan peluang jurnalisme di era digital, menekankan pentingnya informasi berkualitas dan peran media dalam demokrasi.
![Hari Pers Nasional: Disrupsi Digital dan Tantangan Jurnalisme Indonesia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/09/150043.960-hari-pers-nasional-disrupsi-digital-dan-tantangan-jurnalisme-indonesia-1.jpg)
Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Pekanbaru, Riau, Sabtu (8/2), menjadi panggung diskusi hangat seputar tantangan dan peluang jurnalisme di tengah disrupsi digital yang begitu cepat. Acara ini menyoroti bagaimana media beradaptasi dan mempertahankan peran vitalnya dalam menyediakan informasi akurat dan terpercaya.
Informasi Berkualitas di Era Digital
Agus Sudibyo, Ketua Dewan Pengawas TVRI, menekankan tingginya permintaan masyarakat akan informasi berkualitas dan akuntabel. Meskipun media sosial semakin dominan, ia menegaskan bahwa media sosial tidak bisa sepenuhnya menggantikan peran media tradisional dalam menyajikan informasi yang akurat dan terverifikasi. "Kita tidak perlu terlalu khawatir, karena tetap ada permintaan kuat akan informasi berkualitas dan jurnalisme yang bertanggung jawab di tengah disrupsi ini. Media sosial tidak dapat sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat akan laporan mendalam dan berbasis fakta," ujar Sudibyo.
Sudibyo juga menyoroti pentingnya model distribusi konten yang adaptif. Menurutnya, tidak masuk akal jika organisasi media tidak memanfaatkan media sosial sebagai saluran distribusi konten. Media harus pintar beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menjangkau audiens yang lebih luas.
Perubahan Lanskap Berita
Nurjaman, Sekretaris Dewan Pakar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), mengamati bahwa saat ini sebagian besar sumber berita konvensional berasal dari media sosial. Banyak lembaga berita kini membuat konten berita mereka sendiri melalui situs web dan platform media sosial. Tren ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam bagaimana berita diproduksi dan didistribusikan.
Nurjaman memprediksi, ke depannya, lembaga berita akan lebih banyak memproduksi dan mendistribusikan konten mereka sendiri melalui portal dan saluran media sosial mereka. Ia juga mencatat kemudahan pembuatan video berita dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) semakin memudahkan proses produksi konten multimedia.
Jurnalisme: Pilar Demokrasi di Era Digital
Dhimam Abror, Ketua Dewan Pakar PWI Pusat, menekankan pentingnya menjaga jurnalisme sebagai sarana penguatan demokrasi. Ruang digital, menurutnya, menjadi platform strategis untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi, khususnya dalam penyediaan informasi yang mendorong berpikir kritis. "Ruang digital memungkinkan orang untuk berpikir kritis tentang peristiwa terkini, terutama dalam politik. Namun, kita harus memastikan kualitas informasi yang dibagikan," katanya.
Pernyataan Abror ini menggarisbawahi pentingnya peran jurnalis dalam menyaring informasi dan memastikan akurasi berita di tengah derasnya arus informasi di dunia digital. Kredibilitas dan integritas jurnalis menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan publik dan memastikan informasi yang disebarluaskan bermanfaat bagi masyarakat.
Kesimpulan
Diskusi dalam acara HPN di Pekanbaru memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan dan peluang yang dihadapi jurnalisme Indonesia di era digital. Adaptasi terhadap teknologi, distribusi konten yang efektif, dan komitmen terhadap informasi berkualitas menjadi kunci keberhasilan media dalam mempertahankan perannya sebagai pilar demokrasi dan penyedia informasi publik yang terpercaya. Penting bagi jurnalis untuk terus meningkatkan kemampuan dan etika profesi agar tetap relevan dan dapat diandalkan di tengah perubahan lanskap media yang dinamis.