Impor Daging: Jaga Neraca Perdagangan dan Harga Tetap Terjangkau, Kata Wamentan
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono tegaskan impor daging penting untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan dan memastikan harga tetap terjangkau bagi masyarakat Indonesia.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono baru-baru ini menegaskan bahwa impor daging sapi merupakan strategi penting untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan Indonesia dan memastikan harga daging tetap terjangkau bagi masyarakat. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta saat menerima kunjungan Wakil Menteri Pertanian Peternakan dan Perikanan Argentina, Agustin Tejeda Rodriguez.
Menurut Wamentan Sudaryono, kebijakan impor daging merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk menyeimbangkan neraca perdagangan nasional. Pemerintah telah melakukan perhitungan cermat terkait produksi dalam negeri, kebutuhan konsumsi masyarakat, dan volume impor yang dibutuhkan. Perhitungan ini dilakukan melalui Rakortas Kementerian Koordinator bidang Pangan berdasarkan neraca komoditas yang telah disepakati.
Proses penetapan alokasi impor daging pun dilakukan secara transparan dan terukur. Pemerintah akan memilih negara asal impor berdasarkan beberapa kriteria penting, antara lain kelayakan kesehatan hewan, sertifikasi halal, dan harga yang kompetitif bagi konsumen Indonesia. Hal ini memastikan bahwa daging yang masuk ke pasar Indonesia aman dan terjangkau.
Kebijakan Impor Daging dan Target Konsumsi
Wamentan Sudaryono menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo menginginkan agar sumber impor daging berasal dari negara mana pun, asalkan memenuhi syarat yang telah ditentukan dan mampu menyediakan protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah menargetkan impor daging sekitar 200 ribu ton pada tahun 2025 sebagai bagian dari strategi untuk menjaga ketersediaan dan keterjangkauan daging di pasar domestik.
Ia menambahkan bahwa persaingan harga antar negara pengekspor diharapkan dapat menciptakan pasar yang sehat dan membuat harga daging impor lebih terjangkau. Tujuan utamanya adalah meningkatkan konsumsi daging per kapita masyarakat Indonesia sesuai arahan Presiden. "Sehingga tujuan Presiden adalah bagaimana konsumsi daging per kapita kita itu di tingkat masyarakat itu naik, karena harganya affordable atau terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Itu sih tujuannya," kata Wamentan Sudaryono.
Selain impor, pemerintah juga fokus pada peningkatan ekspor produk pertanian untuk menciptakan neraca perdagangan yang seimbang dan memperkuat ekonomi nasional. Konsep imbal dagang atau offset juga diterapkan untuk menjaga stabilitas neraca perdagangan Indonesia. "Presiden kan inginnya dengan kita mengimpor, maka kita juga harus mengekspor," tegas Wamentan.
Kerja Sama Indonesia-Argentina
Sebelumnya, Wamentan Sudaryono juga menyampaikan rencana impor dua juta sapi hidup hingga tahun 2029 untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging dalam negeri. Target impor tahun ini mencapai 250 ribu sapi. Kunjungan Wakil Menteri Pertanian Peternakan dan Perikanan Argentina tersebut juga membahas kerja sama perdagangan daging sapi dan peluang ekspor produk ayam olahan Indonesia ke Argentina.
Wakil Menteri Pertanian Peternakan dan Perikanan Argentina, Agustin Tejeda Rodriguez, menyatakan bahwa salah satu fokus utama pertemuan dengan Wamentan Sudaryono adalah mendorong masuknya daging sapi Argentina ke pasar Indonesia. Pemerintah Argentina juga berkomitmen untuk membuka pasar lebih luas bagi produk pertanian Indonesia guna menciptakan hubungan dagang yang saling menguntungkan.
Kesimpulannya, kebijakan impor daging yang diterapkan pemerintah Indonesia bertujuan untuk menyeimbangkan neraca perdagangan, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan konsumsi protein hewani masyarakat. Upaya ini diimbangi dengan peningkatan ekspor produk pertanian dan kerja sama internasional untuk mencapai ketahanan pangan nasional.