Indonesia Bagikan Praktik Terbaik Pemberdayaan Perempuan kepada Timor Leste
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Arifah Fauzi, berbagi praktik terbaik pemberdayaan perempuan Indonesia kepada Timor Leste, termasuk program Ruang Berbagi Indonesia (RBI).

Indonesia telah berbagi praktik terbaik dalam pemberdayaan perempuan kepada Timor Leste. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Arifah Fauzi, bertemu dengan Sekretaris Negara untuk Kesetaraan Timor Leste, Elvina Sousa Carvalho, di Jakarta pada 19 Maret 2024 untuk membahas hal tersebut. Pertemuan ini membahas berbagai strategi dan program yang telah berhasil di Indonesia dalam meningkatkan peran perempuan di berbagai sektor.
Salah satu program unggulan yang dibahas adalah Ruang Berbagi Indonesia (RBI). Fauzi menjelaskan bahwa RBI merupakan proyek percontohan yang telah diluncurkan di enam lokasi di Indonesia, mewakili berbagai wilayah. "Kami telah meluncurkan proyek percontohan Ruang Berbagi Indonesia (RBI) di enam lokasi yang mewakili seluruh bagian Indonesia. Ide ini telah diterima dengan baik dan direplikasi secara independen oleh daerah lain," kata Fauzi dalam pernyataan kementerian pada hari Rabu.
RBI merupakan gerakan kolaboratif yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan berbasis desa untuk bekerja sama dalam mengimplementasikan program-program yang berfokus pada perempuan dan anak, berakar pada kearifan lokal dan dijalankan secara holistik, integratif, dan berkelanjutan. Keenam lokasi percontohan RBI meliputi Kampung Jimpitan, Banten; Desa Ayula Selatan, Gorontalo; Desa Mendalo Darat, Jambi; Kampung Cempluk, Malang; Oesapa Barat, Nusa Tenggara Timur; dan Desa Pulau Sewangi, Kalimantan Selatan.
Program Pemberdayaan Perempuan Indonesia
Selain RBI, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI memiliki dua program prioritas lain yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan perempuan dan anak di tingkat desa. Program tersebut adalah perluasan fungsi *call center* SAPA 129 dan inisiatif data gender untuk perempuan dan anak berdasarkan desa. Kedua program ini dirancang untuk memberikan akses yang lebih luas dan responsif terhadap kebutuhan perempuan dan anak di seluruh Indonesia.
Pertemuan tersebut juga membahas partisipasi perempuan dalam pemerintahan pusat dan daerah. Timor Leste telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam meningkatkan partisipasi perempuan di parlemen, yang saat ini melampaui ambang batas afirmasi sebesar 36,9 persen. Ini menunjukkan komitmen Timor Leste dalam mewujudkan kesetaraan gender.
Indonesia dan Timor Leste juga membahas kemungkinan untuk mengaktifkan kembali nota kesepahaman (MoU) yang ditandatangani pada tahun 2012. MoU ini diharapkan dapat memperkuat kerja sama kedua negara dalam berbagai bidang, termasuk pemberdayaan perempuan.
Kerja Sama Indonesia-Timor Leste
Kerja sama antara Indonesia dan Timor Leste dalam pemberdayaan perempuan sangat penting mengingat tantangan dan peluang yang sama dihadapi kedua negara. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman melalui program seperti RBI dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perempuan di kedua negara. Dengan saling berbagi praktik terbaik, diharapkan akan tercipta lingkungan yang lebih kondusif bagi perempuan untuk berkembang dan berkontribusi penuh dalam pembangunan nasional.
Program RBI, dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis kearifan lokal, dapat menjadi model yang efektif untuk diadaptasi oleh negara lain dalam upaya pemberdayaan perempuan. Keberhasilan RBI di Indonesia menunjukkan pentingnya pendekatan holistik dan integratif dalam mengatasi isu-isu gender. Hal ini juga menunjukkan pentingnya peran masyarakat dalam mendorong kesetaraan gender.
Secara keseluruhan, pertemuan antara Menteri Fauzi dan Sekretaris Carvalho menandai langkah penting dalam memperkuat kerja sama Indonesia-Timor Leste dalam pemberdayaan perempuan. Dengan berbagi praktik terbaik dan pengalaman, kedua negara dapat saling mendukung dalam mencapai tujuan kesetaraan gender dan pembangunan berkelanjutan.
Semoga kerja sama ini dapat terus berlanjut dan menghasilkan dampak positif bagi perempuan di kedua negara. Partisipasi perempuan yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan akan berkontribusi pada pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.