Indonesia Resmi Luncurkan Perdagangan Karbon Internasional
Indonesia memulai perdagangan karbon internasional di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 20 Januari 2024, sebagai upaya mencapai target iklim nasional dan mendukung pendanaan iklim.

Indonesia resmi memulai babak baru dalam upaya penanggulangan perubahan iklim. Senin, 20 Januari 2024, perdagangan karbon internasional diluncurkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Langkah ini merupakan bagian penting dari komitmen Indonesia untuk mencapai target iklim nasional.
Peluncuran ini ditandai dengan pernyataan resmi Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH), Hanif Faisol Nurofiq. Menurut Menteri Hanif, perdagangan karbon menjadi strategi kunci dalam mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Implementasi mekanisme nilai ekonomi karbon, termasuk perdagangan karbon, merupakan aksi nyata pemerintah dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Perdagangan karbon ini sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021. Perpres tersebut mengatur penyelenggaraan nilai ekonomi karbon untuk mencapai target NDC dan pengendalian emisi gas rumah kaca. Pemerintah juga telah memperkuat Sistem Registri Nasional (SRN), infrastruktur, dan instrumen pendukung lainnya, termasuk Standar Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi (MRV) serta Sertifikat Pengurangan Emisi - Gas Rumah Kaca (SPE-GRK).
Menteri Hanif menekankan integritas tinggi sertifikat pengurangan emisi yang dikeluarkan Indonesia berkat sistem yang terintegrasi dan terukur. Hal ini bertujuan untuk memastikan transparansi dan kredibilitas perdagangan karbon internasional yang dilakukan.
Beberapa proyek energi strategis akan terlibat dalam skema ini. Salah satunya adalah PLTM Gunung Wugul, yang diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 5.000 ton CO2e. Kemudian ada PLTGU Priok Blok 4 dengan potensi pengurangan emisi hingga 500.000 ton CO2e, konversi single cycle menjadi combined cycle di PLTGU Grati Blok 2 (495.000 ton CO2e), dan Blok 2 unit pembangkit di Muara Tawar (30.000 ton CO2e).
Proyek besar lainnya adalah pembangunan PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, yang diperkirakan mampu mengurangi emisi hingga 750.000 ton CO2e. Proyek-proyek ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam memanfaatkan energi terbarukan dan meningkatkan efisiensi energi untuk mengurangi jejak karbon.
Selain perdagangan karbon, Indonesia juga aktif dalam pendanaan iklim. Kerja sama pembayaran berbasis kinerja telah dilakukan dengan beberapa pihak, dan terus dikembangkan seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mengambil langkah komprehensif untuk mengatasi perubahan iklim, baik dari sisi mitigasi maupun adaptasi.