Industri Dalam Negeri Siap Penuhi Kebutuhan Ompreng Program MBG
Kemenperin memastikan industri dalam negeri siap memasok ompreng atau food tray untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), mengurangi ketergantungan impor dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan kesiapan industri dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan ompreng atau food tray dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, di Jakarta pada Selasa, 22 April. Program ini menargetkan 82,9 juta set peralatan makan, termasuk ompreng, sendok, dan garpu.
Setia Diarta menjelaskan bahwa beberapa perusahaan besar seperti PT Almasindo, PT Arwana Gemilang Sejahtera, PT Inomec Jaya, PT Maspion, PT Multimegah Indahjaya, dan PT Supra Teratai Metal telah menyatakan kesiapannya untuk memproduksi ompreng. Bahkan, 15 produsen di luar sektor peralatan dapur juga turut berpartisipasi, menunjukkan antusiasme tinggi dalam mendukung program pemerintah ini. Masing-masing perusahaan memiliki kapasitas produksi sekitar 100 ribu set ompreng per bulan.
Kebutuhan ompreng untuk MBG telah ditetapkan standarnya, yaitu berbahan stainless steel 304 dengan ketebalan 0,6 milimeter. Meskipun saat ini penggunaan ompreng impor masih dominan, potensi produksi dalam negeri diproyeksikan mencapai 15 juta set pada akhir tahun 2025. Realisasi saat ini baru mencapai 300 ribu set, namun dengan peningkatan kapasitas produksi, beberapa industri telah meningkatkan utilisasi hingga 350 ribu set per bulan.
Produksi dan Tantangan Industri Dalam Negeri
Pemerintah optimistis dapat mengurangi ketergantungan impor ompreng. Namun, tantangan masih ada, terutama ketergantungan pada bahan baku impor. Bahan baku lokal dinilai terlalu tebal, lebih mahal, dan sulit memenuhi standar deep drawing quality yang dibutuhkan. Setiap set ompreng membutuhkan sekitar 0,7 kg stainless steel, dengan target produksi 15 juta set, kebutuhan bahan baku mencapai sekitar 7.500 ton.
Meskipun demikian, peningkatan kapasitas produksi dan penambahan lini produksi oleh beberapa industri menunjukkan komitmen kuat dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri. Proyeksi total kapasitas nasional dari enam produsen utama diperkirakan mencapai 15 juta set pada akhir tahun 2025. Hal ini menunjukkan potensi besar untuk memenuhi kebutuhan ompreng nasional dan mengurangi ketergantungan impor.
Substitusi impor ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan mengurangi defisit neraca perdagangan. Dengan dukungan penuh dari Kemenperin, diharapkan industri dalam negeri dapat semakin berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan nasional dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Bahan Baku dan Strategi Ke Depan
Salah satu fokus utama ke depan adalah mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor. Pemerintah akan terus berupaya mencari solusi untuk meningkatkan kualitas bahan baku lokal agar dapat memenuhi standar yang dibutuhkan industri ompreng. Upaya ini termasuk kerjasama dengan para pelaku industri untuk pengembangan teknologi dan inovasi dalam pengolahan bahan baku.
Selain itu, Kemenperin juga akan terus memberikan dukungan dan pendampingan kepada industri dalam negeri, termasuk dalam hal akses permodalan, teknologi, dan pasar. Hal ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kapasitas produksi dan daya saing industri dalam negeri dalam jangka panjang. Dengan demikian, program MBG tidak hanya sukses dalam menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kemandirian industri nasional.
"Langkah substitusi impor ini juga merupakan upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, termasuk di dalamnya meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi ketergantungan terhadap impor," kata Dirjen ILMATE.
Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat antara pemerintah dan industri dalam negeri, target pemenuhan kebutuhan ompreng untuk program MBG diyakini dapat tercapai, sekaligus mendorong kemajuan industri nasional.